Sosok.ID - Belakangan ramai diperbincangkan, jenazah perawat yang positif Covid-19 setelah tertular pasiennya, ditolak oleh warga Semarang.
Entah apa yang dipikirkan para provokator tersebut, meski tenaga medis telah mengerahkan hidup matinya untuk menyelamatkan rakyat, namun mereka tetap tak berempati di situasi seperti ini.
Ketakukan akan tertular virus corona melalui jenazah kerap kali digaungkan sebagai alasan penolakan pemakaman.
Padahal Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sudah menegaskan, jasad pasien positif Covid-19 tidak akan ikut menularkan virus corona.
Kendati demikian, amat disesalkan karena warga di beberapa daerah masih menolak bekerjasama.
Kejadian penolakan itu terjadi di Sewakul, Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.
Saat itu, ibu korban bahkan sampai bercucuran air mata memohon kepada warga agar anaknya dapat dikuburkan di lokasi.
Namun warga yang belakangan diketahui didalangi oleh tokoh masyarakat setempat menolaknya.
Sehingga membuat warga desa Sewakul khawatir, jikalau kelak mereka bakal ditolak tenaga medis saat berobat.
Kendati demikian, DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah memastikan kekhawatiran masyarakat itu tak akan terjadi.
Melansir Kompas.com, Ketua DPW PPNI Jawa Tengah Edy Wuryanto mengatakan, para perawat akan tetap menerima warga desa Sewakul berobat saat membutuhkan.
Meski menyesalkan tindakan penolakan jasad rekannya, namun Edy dan rekan-rekan PPNI bekerja atas ikatan sumpah keperawatan.
Baca Juga: Nyaris Bangkrut Gegara Virus Corona, Toko Roti Ini Malah Jadi Semakin Laris Berkat Tisu Toilet
Mereka tak akan membeda-bedakan pasien yang datang berobat
"Sumpah kami jelas, tidak boleh membeda-bedakan," katanya.
Edy memastikan agar warga tak perlu cemas dengan hal tersebut.
Menurut Eddy, PPNI Jawa Tengah mengerti bahwa tidak seluruh masyarakat menolak pemakaman.
"Kami tahu, tidak semua masyarakat Sewakul menolak pemakaman tersebut. Itu hanya oknum yang saat ini sudah ditangkap polisi," kata dia.
Edy juga meminta masyarakat untuk belajar dari kejadian itu. Sebab kini pelaku provokasi telah diproses aparat kepolisian.
"Ini kan juga pembelajaran. Yang sudah ya sudah. Sementara yang salah diproses hukum," ungkap Edy.
Pasca-kejadian tersebut, warga memang takut tak akan mendapatkan layanan kesehatan dari tenaga medis.
Terlebih penolakan itu hanya dilakukan beberapa orang.
"Kami takut bila sakit tidak ada yang mau merawat atau saat berobat ditolak," kata Soleh, salah seorang warga desa Sewakul.
Soleh cemas jika sebelum memeriksakan diri harus menyerahkan KTP terlebih dulu.
Tragedi penolakan itu juga membuat pintu masuk TPU Siwarak, Sewakul dipenuhi karangan bunga tertuju bagi para provokator.
"Kejadian itu membuat nama Sewakul jadi buruk, padahal yang menolak hanya oknum yang mengaku perwakilan warga," ujar Soleh.
Sementara itu, polisi telah menetapkan tida tokoh masyarakat sebagai tersangka aksi penolakan pemakaman jenazah perawat positif corona.
Mereka adalah THP (31), BBS (54) dan S (60). (*)