Negeri Ayatollah Khamenei Dijatuhi Sanksi Medis di Tengah Pandemi, Iran: Donald Trump Lebih Berbahaya Daripada Virus Corona

Jumat, 10 April 2020 | 10:00
Intisari

Foto pukulan Iran pada Donald Trump muncul di laman situs pemerintahan Amerika Serikat, FDLP, Minggu (5/1/2020).

Sosok.ID - Sejak serangan Amerika Serikat pada Jenderal tertinggi Iran pada Januari lalu, hubungan Iran dan AS kian memanas.

Setelahnya, dua negera itu berlomba-lomba melakukan serangan roket.

Seperti serangan roket Iran di pangkalan militer AS di Irak, dan serangan-serangan lain.

Di tengah pandemi global virus corona ini, Trump bahkan tidak mencabut sanksi yang diberikannya pada Iran.

Baca Juga: Tak Puas Kambinghitamkan Obama Terkait Merebaknya Corona di Amerika, Donald Trump Kini Salahkan WHO atas Kematian Warganya: Mereka Benar-benar Luput!

Baru-baru ini muncul celetukan dari seorang pejabat Iran yang menyebut Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump lebih berbahaya daripada virus corona atau Covid-19.

Langkah Trump memblokir pasokan medis vital untuk memerangi coronavirus di Iran sama saja dengan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Laksamana Muda Ali Shamkhani, Dekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran menuduh Pemerintah AS menentang upaya Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membantu Iran selama pandemi corona.

Baca Juga: Jadi Salah Satu Negara yang Terjangkit Virus Corona Cukup Parah, Presiden AS Donald Trump Justru Salahkan Barack Obama: Kami Tak Punya Suplai Kepada Medis!

"Sanksi atas barang-barang kesehatan adalah tindakan ilegal dan tidak manusiawi dan merupakan simbol permusuhan terbuka Trump kepada rakyat Iran," tulis Shamkhani dalam tweet, Minggu (3/4) yang dikutip Al Jazeera.

Kata Shamkhani, perlawanan AS terhadap rencana IMF untuk memberikan fasilitas kepada Iran untuk memenuhi barang-barang medis yang diperlukan untuk memerangi virus corona adalah contoh nyata dari kejahatan terhadap kemanusiaan.

"Trump lebih berbahaya daripada coronavirus," tambah Shamkhani.

Lebih dari 3.600 orang telah meninggal karena virus corona di Iran.

Baca Juga: Donald Trump Sendiri Sudah Pontang-panting, Prabowo Justru Tetap Minta Bantuan Atasi Corona pada Amerika Serikat, Ini yang Terjadi..

Sementara jumlah kasus yang dikonfirmasi di negara itu mencapai hampir 60.000 kasus, menurut data Universitas Johns Hopkins.

Trump pada Jumat pekan lalu mengatakan, ia memiliki "tanggung jawab moral" untuk membantu Iran dalam perang melawan pandemi virus corona jika para pemimpin negara itu meminta bantuan.

"Yah mereka bahkan belum meminta kami untuk melakukan itu," kata Trump ketika ditanya apakah Amerika Serikat akan mempertimbangkan pelonggaran sanksi terhadap Iran sehubungan dengan wabah global.

Baca Juga: 9 Bulan Lalu Tarik Ahli Epidemi di Tiongkok hingga Kolot sebut Covid-19 sebagai Virus China, Trump Kini Kesampingkan Gengsi dan Mohon Bantuan pada Rivalnya

"Jika mereka ingin bertemu, kami akan senang bertemu dan kami akan menyelesaikan semuanya," tambahnya.

Sejak 2018, pemerintahan Trump telah memberlakukan kebijakan sanksi "tekanan maksimum" terhadap Teheran setelah Washington menarik diri dari perjanjian nuklir tahun 2015.

Di bawah kesepakatan yang dicapai antara Iran, AS, Uni Eropa, Cina, Prancis, Rusia, Inggris, dan Jerman pada 2015, Teheran berjanji untuk mengurangi ambisi nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi.

Selama bulan lalu, ketika virus corona menyebar dengan cepat di Iran.

Baca Juga: Mengapa Trump Melakukannya? Ahli Epidemiologi Sengaja Ditarik agar Hengkang dari China, malah Bikin Laju Sebaran Covid-19 Tak Terdeteksi Lebih Awal dan Merebak di Dunia

AS berulang kali memperketat sanksi yang dirancang untuk mencekik ekspor minyak penting Teheran.

Pada 26 Maret 2020, pemerintahan Trump memberlakukan sanksi baru terhadap 20 orang dan perusahaan Iran yang dituduh mendukung milisi Syiah di Irak, yang diyakini bertanggung jawab atas serangan terhadap pangkalan-pangkalan di mana pasukan AS berada.

(Kontan.ID)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Iran: Donald Trump Lebih Berbahaya Daripada virus Corona"

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Kontan.co.id

Baca Lainnya