Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Dijebloskan ke Penjara Oleh Ferdy Sambo Lewat Red Notice Djoko Tjandra, Inilah Sosok Irjen Napoleon Bonaparte yang Kini Minta Ferdy Sambo Ditempatkan Satu Sel dengannya, Baku Hantam?

May N - Selasa, 16 Agustus 2022 | 16:51
Kenapa polisi sampai harus tunggu 3 hari untuk ungkap kasus Brigadir J? Irjen Napoleon Bonaparte sebut ini kasus mudah.
Kolase YouTube Tribunnews.com dan TRIBUNJAMBI.COM/ARYO TONDANG

Kenapa polisi sampai harus tunggu 3 hari untuk ungkap kasus Brigadir J? Irjen Napoleon Bonaparte sebut ini kasus mudah.

Sosok.ID -Nama sosok Napoleon Bonaparte tidak luput disorot ketika Irjen Ferdy Sambo disorot setelah menjadi tersangka kasus pembunuhan berencana Brigadir J atau Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat.

Selama berkarir di kepolisian, Ferdy Sambo memang terlibat kasus yang menyeret Napoleon Bonaparte ke penjara.

Tak hanya Irjen Napoleon Bonaparte, Brigjen Prasetyo Utomo juga dikorbankan oleh Ferdy Sambo lewat kasus penerbitan surat jalan palsu Djoko Tjandra.

Djoko Tjandra atau Djoko Soegiarto Tjandra adalah seorang pengusaha dan buronan korupsi di Indonesia.

Tahun 2009, sehari sebelum dirinya dijebloskan ke penjara, Djoko Tjandra melarikan diri ke Papua Nugini lalu menjadi warga negara Papua Nugini.

Kasus yang menjeratnya adalah penggelapan dana perbankan.

Saat itu, Menteri Luar Negeri Papua Nugini Ano Pala memberikan kewarganegaraan Papua Nugini kepada Djoko Tjandra walaupun tidak memenuhi persyaratan konstitusional.

Kasus Djoko Tjandra terkait cessie Bank Bali bermula saat Direktur Utama Bank Bali kala itu, Rudy Ramli kesulitan menagih piutangnya yang tertanam di brankas Bank Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI), Bank Umum Nasional (BUM), dan Bank Tiara pada 1997.

Total piutang Bank Bali di tiga bank itu sekitar Rp 3 triliun. Hingga ketiga bank itu masuk perawatan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), tagihan tersebut tak kunjung cair.

Satu dekade lebih berselang, pada 29 Juni 2020, Jaksa Agung Indonesia ST Burhanuddin mengatakan Djoko Tjandra telah berada di Indonesia selama tiga bulan terakhir.

Kemudian Djoko Tjandra dijadwalkan muncul di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 7 Juli 2020 untuk sidang pemeriksaan kasusnya.

Tetapi dia tidak muncul. Pengacaranya, Anita Kolopaking, mengklaim bahwa dia berada di Kuala Lumpur, Malaysia.

Djoko Tjandra dirawat karena penyakit yang tidak dikemukakan.

Namun, juru bicara Imigrasi Indonesia, Arvin Gumilang, bersikeras tidak ada catatan bahwa Djoko Tjandra terbang ke Malaysia.

Kemudian secara terpisah, Kepala Biro Pengawasan dan Koordinasi Penyelidik Pegawai Negeri Sipil di Bareskrim Polri, Brigjen Prasetyo Utomo, dilaporkan mengeluarkan surat perjalanan pada 18 Juni 2020.

Surat itu memungkinkan Djoko Tjandra terbang dari Jakarta ke Pontianak, Kalimantan Barat pada 19 Juni, lalu kembali pada 22 Juni.

Kemudian, Irjen Ferdy Sambo yang saat itu menjabat Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri berpangkat Brigjen Polisi atau Jenderal Bintang Satu ikut dalam penangkapannya di Malaysia, tepatnya di sebuah unit apartemen di Kuala Lumpur, tahun 2020 lalu.

Djoko Tjandra yang merupakan terpidana kasus korupsi hak tagih (cassie) Bank Bali yang bermula sejak 1999 pada tahun 2020 itu bisa keluar masuk Indonesia dengan bebas, hingga akhirnya diketahui keleluasaannya keluar masuk Indonesia melibatkan oknum di Mabes Polri, Brigjen Prasetyo Utomo.

Penangkapan Djoko Tjandra dilakukan Polri setelah berkoordinasi dengan Polisi Diraja Malaysia (PDRM) yakni Inspektur Jenderal of Police Malaysia Abdul Hamid bin Bador pada 23 Juli 2020.

Ferdy Sambo juga turut dalam menangkap Djoko Tjandra setelah berkoordinasi dengan Polisi Diraja Malaysia (PDRM) yakni Inspektur Jenderal of Police Malaysia Abdul Hamid bin Bador pada tanggal 23 Juli 2020 lalu.

Dalam kasus tersebut, Ferdy Sambo menjerat rekannya Brigjen Prasetijo Utomo yang terlibat penerbitan surat jalan palsu Djoko Tjandra selama menjadi buronan Polri.

"Seharusnya setiap anggota Polri yang menjadi penyidik memahami Perkap 6 Tahun 2019," kata Ferdy Sambo kala itu, menyebut peraturan Kapolri tentang penyidikan tindak pidana.

Perang bintang Ferdy Sambo vs Napoleon Bonaparte

Ferdy Sambo yang menjabat Kadiv Propam saat itu mengatakan bahwa terdakwa perkara penerimaan suap dari Djoko Tjandra untuk menghapus red notice dan DPO di Imigrasi, Irjen Napoleon Bonaparte masih berstatus polisi aktif.

“Irjen NB (Napoleon Bonaparte) statusnya masih anggota Polri aktif,” kata Irjen Ferdy Sambo kepada wartawan, 20 September 2020. Sambo mengatakan saat itu Komisi Kode Etik Polri menyiapkan sidang kode etik terhadap Napoleon Bonaparte, apabila putusan terhadap yang bersangkutan telah memiliki kekuatan hukum tetap atau inkrah. “Sebab, diketahui NB mengajukan kasasi setelah Pengadilan Tinggi Jakarta menghukum vonis empat tahun penjara dalam kasus red notice Djoko Tjandra,” kata Irjen Ferdy Sambo.

Hakim menyatakan Napoleon terbukti menerima Sin$ 200 ribu dan US$ 370 ribu dari Djoko Tjandra.

Uang itu diberikan agar Napoleon membantu menghapus Djoko Tjandra dari status daftar pencarian orang sistem Imigrasi.

Penghapusan itu membuat Djoko Tjandra, selaku buronan kasus korupsi cessie Bank Bali bisa masuk ke Indonesia untuk mendaftarkan praperadilan.

Vonis Irjen Napoleon lebih berat dari tuntutan jaksa, yaitu 3 tahun penjara.

Irjen Napoleon membantah telah menerima suap.

"Saya lebih baik mati daripada martabat keluarga dilecehkan seperti ini, saya menolak putusan hakim dan mengajukan banding," kata dia seusai pembacaan vonis di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu, 10 Maret 2021.

Mantan Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri ini sebelumnya mengajukan banding atas vonis 4 tahun penjara dalam kasus suap red notice Djoko Tjandra.

"Menguatkan Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 10 Maret 2021 Nomor 46/Pid.Sus-TPK/2020/PM.Jkt.Pst yang dimintakan banding tersebut," seperti dikutip dari salinan putusan Pengadilan Tinggi pada Rabu, 28 Juli 2021.

Napoleon Bonaparte divonis 4 tahun penjara dalam kasus suap red notice Djoko Tjandra.

Selain itu, Napoleon juga dijatuhi denda Rp 100 juta subsider 6 bulan kurungan.

Napoleon Bonaparte minta Ferdy Sambo satu sel dengan dirinya

Napoleon Bonaparte dikabarkan meminta Ferdy Sambo satu sel dengannya.

Melansir akun instagram @rumpi_gosip mengunggah informasi terkait permasalahan Napoleon Bonaparte dengan Ferdy Sambo beberapa waktu silam hingga kini akhirnya meminta satu sel, Senin (15/8/2022).

Sejumlah pihak sontak menduga bahwa Napoleon Bonaparte ingin membalaskan kekesalannya dengan Ferdy Sambo yang kala itu membocorkan kasus suap yang Ia lakukan hingga mendekam di tahanan.

Sehingga kini Napoleon Bonaparte meminta Ferdy Sambo yang terkait kasus Brigadir J dapat ditempatkan di sel yang sama dengannya agar teman lama tersebut kembali bertemu.

Baca Juga: Ancaman Hukuman Mati Menunggunya, Bisnis Haram Sosok Ferdy Sambo Terkuak, Kamaruddin Simanjuntak: Ada Judi, Sabu-sabu, Miras, Macam-macam, Hedonisme?

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x