Video itu diunggah ke kanal YouTube-nya pada bulan lalu.
Namun berdasarkan cuitannya di Twitter, Guanguan diyakini pergi ke Xinjiang dan merekam film fasilitas itu pada tahun 2020.
"Karena peraturan pemerintah China, kini sangat sulit bagi jurnalis asing untuk mendapatkan akses ke Xinjiang untuk melakukan wawancara. Saya berpikir, jurnalis asing tidak bisa pergi ke Xinjiang, tapi saya masih bisa pergi ke sana," kata Guanguan di video itu.
Melansir dari AP, kamp di Uighur ini mampu menampung setidaknya ribuan orang.
"Kompleks itu dapat menampung sekitar 10.000 orang dan lebih banyak lagi jika penuh, berdasarkan citra satelit, sel, serta bangku yang terlihat selama tur."
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah China menggambarkan penahanan massal sekitar satu juta atau lebih etnis minoritas di Xinjiang sebagai "perang melawan teror."
Warga Uighur dilaporkan telah dimasukkan ke dalam kamp-kamp interniran di seluruh Xinjiang.
Ada pula tuduhan dari para perempuan yang selamat dari kamp-kamp itu bahwa pemerintah China secara sistematis memerkosa atau melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan Uighur di kamp-kamp itu.
(*)