Sosok.ID - Mahar pernikahan, umumnya berupa barang-barang mewahatau uang.
Namun apa jadinya jika pernikahan menggunakan mas kawin kepala manusia?
Tradisi seperti ini benar terjadi, dilakukan oleh suku Atayal selama beberapa generasi. Atayal sendiri dikenal sebagai sebuah kelompok suku pribumi terbesar kedua di Taiwan.
Salah satu tradisi unik suku Atayal adalah tato di wajah.
Tradisi lain yang tak kalah uniknya, sekaligus mengerikan, yakni tradisi perburuan kepala manusia.
Melansir dari Lars Krutak: Tattoo Anthropologist, diantara tahun 1903 dan 1908 terdapat tujuh puluh kemajuan yang dibuat oleh Jepang hingga garis penjagaan.
Namun, orang pribumi Taiwan yang sedang mencari kepala, sering datang atau di bawah pembatas ketika malam hari untuk berbaring dan menunggu penyergapan para korban yang tidak curiga.
Perburuan kepala, komponen ritual utama dari Atayal, Paiwan, Saiset, dan kelompok lainnya, tidak hanya berfungsi untuk menjaga kemakmuran masyarakat dengan memastikan kesuburan pertanian dan masyarakat melalui pendampingan para dewa dan leluhur.
Baca Juga: Percaya Kota Ini Diserang Setan, 300 Orang Korbankan Diri Dilempari BatuDemi Sumbangkan Darah Mereka
Hal itu juga dianggap dapat memastikan bahwa seorang pria akan dengan sukses bertemu dan menemukan seorang istri, sementara pada saat yang sama, hal tersebut diyakini dapat menjamin keselamatannya menuju akhirat.
Dengan demikian, kebiasaan itu dianggap sangat diperlukan untuk kehidupan dan keberadaan suku sendiri.
Di antara orang Atayal, keberhasilan bertemu di saat perburuan kepala, sengaja ditandai dengan tato pada dagu prajurit.
Para pemburu kepala yang memperoleh lebih dari lima kepala menggunakan senjata tua, seperti pisau parang yang melengkung, mungkin juga memiliki tato di ada atau punggung tangan mereka.
Sementara orang-orang Paiwan meyakini bahwa arwah leluhur berdiam di dalam pisau pemenggalan yang mereka gunakan.
Pisau ini telah dimiliki oleh suku selama beberapa generasi.
Namun, Paiwan tidak perlu ditato setelah mengambil kepala, sebaliknya, prajurit yang sukses akan dilambangkan dengan mengenakan semacam topi tertentu yang dibuat oleh wanita suku.
Secara umum, tato juga dapat diberikan pada dahi anak laki-laki dan perempuan Atayal yang belum menikah di usia remaja. Terlepas dari dahi wanita yang bertato, hanya mereka yang terampil menenun yang bisa menato pipi dan bagian tubuh lainnya.
Selain kain indah yang mereka ikat di alat tenun, perempuan Atayal juga membuat tas bersih yang digunakan untuk memburu suami yang membawakan kepala manusia yang terpenggal.
Di samping pisau pemenggalnya, tas-tas ini adalah miliknya yang paling berharga.
Dikutip dari Tribunnews.com, kepala manusia ini bahwkan digunakan sebagai mas kawin suku Atayal.
Jika seorang wanita dianggap siap menjalin rumah tangga ketika pandai menenun, maka laki-laki di suku Atayal dianggap siap menikah ketika ia mampu membawakan kepala manusia.
Meskipun begitu, bukan sembarang kepala.
Kepala yang dipersembahkan sebagai mas kawin adalah kepala musuh suku Atayal.
Para pria ini akan memburu kepala musuh dan jika berhasil memenggalnya akan dibawakannya untuk menyunting gadis pujaannya.
Selain memberikan sebuah persembahan berupa kepala manusia, laki-laki di suku ini suku ini juga harus mampu menjalani sebuah ritual.
Ritual tersebut harus dilaksanakan sehari sebelum pernikahan, yaitu si pria harus menggendong wanita tersebut selama semalaman.
Hal ini lantaran suku Atayal percaya, wanita yang akan menikah dilarang menginjakkan kaki di tanah.
Sementara para pria, boleh menggendong di bagian mana saja seperti menimang ataupun menggendongnya di punggung.
Saat melaksanakan ritual ini seorang pria suku Atayal dilarang tidur selama semalaman, jika berhasil, maka pernikahan akan dilangsungkan keesokan harinya.
Tradisi dan semua ritual ini konon adalah cara suku Atayal untuk menguji keseriusan seorang pria yang akan menikahi gadis pujaannya.
Baca Juga: Beijing Tak Menyangka, Amerika Kirimkan Kapal Pendarat Amphibi Berisi Marinir ke Pasifik Selatan
Sementara itu, suku Atayal juga percaya bahwa hanya wanita-wanita yang mahir menenun (karenanya ditato), dan pria-pria yang sukses berburu kepala (juga tato) dapat lolos dengan selamat ke alam baka.
Kabarnya, suku Atayal sudah tidak menerapkan perburuan kepala sebagai bagian dari tradisi mereka, tetapi tradisi tato di wajah masih berlaku. (*)