Hal itu seperti yang diungkapkan peraih Nobel Perdamaian 1996 dan mantan Administrator Apostolik Dioses Dili, Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo, SDB di Mogofores, Portugal, dikutip dari Kompas.com.
Menurutnya, seluruh rakyat Timor Timur, yang kini dikenal Timor Leste, kapan saja dan dimana pun berada tidak akan pernah melupakan jasa besar mantan Presiden Soeharto dalam membangun rakyat dan tanah Timor Lorosae selama masa integrasi Timor Timur dengan Indonesia.
"Orang Timor Lorosae tidak akan pernah melupakan jasa besar Pak Harto dalam membangun Timtim di segala bidang kehidupan," kata dia.
Dia bahkan menyampaikan harapannya agar Indonesia selalu menjalin kerja sama dengan Timor Leste.
"Kita berharap, walaupun Pak Harto telah meninggal dunia namun para pemimpin bangsa Indonesia yang menggantikannya memiliki semangat membangun seperti Pak Harto,"
"dan terus menjalin kerja sama Indonesia dengan Timor Leste demi tercapai perdamaian dan kesejahteraan bersama," kata Belo.
Salah satu peningalan Soeharto yang paling mencolok adalah bangunan Patung Cristo Rei setinggi 89 kaki.
Patung itu dibangun pada tahun 1996 sebagai hadiah dari Indonesia untuk Timor Leste.
Melansir atlasobscura.com, Soeharto kala itu ingin memperingati 20 tahun invasi dan aneksasi Indonesia atas Timor Timur.
Patung itu juga bagian dari setengah permintaan maaf Soeharto kepada rakyat Timor Timur atas kependudukan Indonesia selama 24 tahun.