Sosok.ID - Kerusuhan mematikan terjadi di Myanmar di saat kudeta berjalan 7 bulan sejak 1 Februari 2021.
Mengutip dari Reuters, sedikitnya 20 orang tewas dalam pertempuran antara milisi dan militer yang berkuasa di Myanmar.
Pernyataan itu disampaikan oleh seorang saksi mata dan media lokal pada Jumat, (10/9/2021).
Ini merupakan kekerasan terburuk sejak penentang junta menyerukan pekan ini untuk "perang defensif rakyat".
Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang dibentuk untuk menentang pengambilalihan 1 Februari oleh tentara menyerukan pada Selasa untuk pemberontakan melawan kekuasaan militer.
Hal ini dilakukan sebagai upaya nyata untuk mengoordinasikan kelompok-kelompok yang memerangi tentara dan meyakinkan tentara dan pejabat negara untuk beralih pihak.
Myanmar, diketahui berada dalam kekacauan sejak penggulingan pemerintahan Aung San Suu Kyi, yang mengakhiri satu dekade demokrasi tentatif dan memicu kemarahan nasional, pemogokan dan protes, dan melihat munculnya kelompok-kelompok milisi yang telah menyerang pasukan keamanan.
Menurut media dan saksi mata, pertempuran sejak Kamis antara militer dan relawan pertahanan yang bersekutu dengan pemerintah persatuan di desa Myin Thar mengakibatkan korban di antara milisi lokal dan penduduk desa, setelah pasukan menggunakan artileri berat.
"Mereka menembakkan artileri, mereka membakar rumah-rumah di desa kami," kata seorang warga (42) yang menambahkan bahwa tiga anak serta putranya yang berusia 17 tahun, seorang anggota milisi, termasuk di antara 20 orang yang tewas.
"Saya kehilangan semua yang saya miliki ... saya tidak akan memaafkan mereka sampai akhir dunia," katanya kepada Reuters melalui telepon, seraya menambahkan bahwa dia berjuang untuk mengenali putranya di antara mayat-mayat itu.
BBC Burma mengatakan 10 orang tewas di Myin Thar di wilayah Magway di Myanmar tengah, sementara situs berita Irrawaddy melaporkan 17 korban, di antaranya anak di bawah umur.
Juru bicara militer Zaw Min Tun mengkonfirmasi pertempuran terjadi di Magway, menurut Irrawaddy. Juru bicara itu tidak menjawab panggilan Reuters untuk meminta komentar.
Negara di sekitar Myanmar mendesak pengekangan dari semua pihak menyusul seruan hari Selasa untuk pembalasan nasional oleh pemerintah bayangan.
Beberapa analis telah memperingatkan langkah itu bisa menjadi bumerang dan mempersulit upaya oposisi untuk mendapatkan dukungan internasional.
Irrawaddy juga melaporkan pembunuhan tiga tentara di kota terbesar, Yangon, pada Kamis.
Bentrokan meletus pada Kamis dan berlanjut pada Jumat malam di Thantlang di negara bagian Chin, yang berbatasan dengan India, kata laporan berita.
Radio Free Asia dan layanan berita Mizzima mengatakan militer melakukan serangan udara. Tidak ada laporan segera tentang korban.
Menteri pertahanan NUG tidak segera menanggapi permintaan konfirmasi insiden pada hari Kamis dan Jumat.
Baca Juga: Hancur-hancuran karena Kudeta, Rusia Justru Makin Gencar Pasok Perangkat Keras Militer Myanmar
Militer secara ketat mengontrol informasi dan medianya selektif dalam melaporkan kerusuhan. (*)