Sosok.ID– Sebuahpembajakanpesawat maskapaiPan Am Penerbangan 73 pernah gemparkan publik dunia.
Kejadian yang terjadi pada September 1986, membuat nama seorang pramugari Neerja Bhanotmenjadi perbincangan sampai sekarang.
Bahkan ia sempat berupaya melindungi tiga anak dari hujan peluru pembajak pesawat tersebut.
Neerja Bhanot bekerja sebagai pramugari senior untuk Pan American World Airways ketika tragedi itu terjadi pada pagi hari tanggal 5 Septembe r1986.
Ketika singgah rutin di Pakistan, Pan Am Penerbangan 73 dibajak oleh empat teroris Palestina yang bersenjata.
Semua orang ketakutan, namun Neerja Bhanot tidak membuang waktu untuk mencoba meredakan situasi.
Dia baru berusia 22 tahun ketika itu, namun dengan cepat dia berpikir untuk menyelamatkan pilot dan ratusan orang lainnya dari cobaan berbahaya.
Pesawat itu dibajak selama 17 jam yang merenggut 20 nyawa.
Dia adalah pahlawan yang berjuang sampai akhir hayatnya.
Dia akhirnya menyerahkan nyawanya ditembak mati saat melindungi tiga anak dari tembakan.
Inilah kisahnya yang luar biasa.
Lahir pada 7 September 1963, di Chandigarh, India, Bhanot pindah ke Mumbai saat remaja.
Dia baru saja mendaftar di St. Xavier's College ketika seorang fotografer melihatnya di kampus dan dia mulai menjadi model untuk toko seperti Paville dan produk seperti Vaporex.
Bhanot dibesarkan dalam adat setempat, yang akhirnya menyetujui perjodohan yang telah diatur oleh keluarganya.
Dia menikah dengan seorang pria dari Uni Emirat Arab pada Maret 1985, namun tak lama kemudian dia menyadari suaminya terlalu kasar perilakunya.
Bhanot pun menceraikannya setelah dua bulan, dan kemudian memutuskan untuk menjadi pramugari.
Dengan ketenangan dan penampilannya yang alami, Neerja Bhanot dipilih dari 10.000 pelamar untuk menjadi pramugari baru untuk Pan American.
Pada saat yang sama, organisasi teroris Abu Nadal Palestina tumbuh semakin memusuhi Israel dan sekutunya, dan khususnya Amerika Serikat karena mendukung pemenjaraan pemberontak Palestina.
Hanya setahun setelah Neerja Bhanot pertama kali dikontrak oleh Pan Am, organisasi teroris itu rupanya bermaksud menjalankan rencana jahat mereka untuk membajak Pan Am Penerbangan 73.
Mereka merencanakan untuk mengalihkan ke Siprus dan kemudian Israel untuk membebaskan tahanan Palestina.
Saat pesawat hendak berangkat dari Karachi, Pakistan, sebelum fajar di pagi yang menentukan itu, Bhanot dan para penumpangnya disambut dengan tembakan yang memekakkan telinga.
Ketika itu pukul 06.00 ketika para teroris melintasi landasan Bandara Karachi dengan sebuah van dengan sirene yang meraung-raung dan berpakaian sebagai petugas keamanan Bandara.
Saat mereka naik ke pesawat, Bhanot meneriakkan kode untuk ‘pembajakan’ melalui interkom, sementara pramugari Sherena Pavan segera memasukkan kode tersebut.
Pejabat bandara kemudian mencatat dan menaga agar pesawat tidak terbang, sementara pihak berwenang dihubungi serta memberikan kesempatan kepada pilot untuk melarikan diri.
Ketika salah satu pembajak membuka pintu kokpit, dia terkejut karena kosong.
Direktur Pan Am Karachi, Viraf Doroga, muncul di landasan dan berjanji untuk memberikan pilot baru kepada teroris dalam waktu satu jam.
Ketika tidak ada pilot yang datang, para pembajak mulai memilih orang barat.
Mereka membawa Rajesh Kumar dari Amerika berusia 29 tahun ke salah satu pintu pesawat dan dihadapan pihak berwenang, menembaknya di kepala dan membuang tubuhnya ke landasan.
Empat jam kemudian, mereka meminta awak pesawat mengumpulkan paspor setiap penumpang.
Bhanot dengan berani menyembunyikan paspor AS dan menyuruh rekan-rekannya untuk mengikutinya, membuang dokumen ke tempat sampah atau ke toilet.
Mengklaim tidak ada orang Amerika di kapal, dia melayani penumpangnya dengan menyajikan sandwich dan minuman kepada mereka dan membuat mereka tetap tenang.
Setelah 17 jam yang menyiksa, melansir dari allthatsinteresting, listrik pesawat tiba-tiba padam.
Gagal meledakkan sabuk peledak mereka, para teroris itu malah menembak ke gang tanpa mengabaikan para penumpang.
Neerja Bhanot bergegas membuka salah satu pintu keluar darurat dan membantu penumpang turun dengan perosotan.
Namun, dia ditembak mati saat melindungi tiga anak.
Menurut seorang yang selamat, Bhanot tidak hanya terbunuh dalam baku tembak itu, tetapi dia sengaja dieksekusi oleh para pembajak.
Ketika salah satu pembajak menyadari bahwa dia melindungi penumpang, dia dengan brutal mencengkeram kuncir rambut Bhanot dan menembaknya tepat sasaran.
Namun, masalah ini agak diperbedatkan.
Setelah pembajakan usai, kelima teroris ditangkap dan diadili serta didakwa di Pakistan.
Salah satu pembajak dipenjara di Amerika Serikat, sementara yang lainnya diserahkan kepada pejabat Palestina yang membebaskan mereka pada tahun 2008. Mereka masih buron hingga hari ini.
Dua hari sebelum ulang tahunnya yang ke-23, dia menjadi salah satu dari 20 orang yang menjemput kematian mereka.
Baca Juga: Jarang Disorot Media, Begini Nasib Fany Kurniawaty yang Gagal Tinggal di Istana Megah Sule
Sementara, lebih dari 100 orang dari 360 penumpang di dalam pesawat yang terluka.
Bhanot menjadi pahlawan anumerta dan diberi penghargaan masa damai tertinggi untuk keberanian di India.
Pada tahun 2004, Layanan Pos India mengeluarkan perangko untuk memperingatinya.
Pada tahun 2016, sebuah film thriller, berjudul Neerja, mengisahkan keberaniannya.
Bagi mereka yang naik pesawat hari itu, kepahlawanannya memberi mereka kehidupan baru, dan salah satu anak yang dia selamatkan itu di kemudian hari menjadi pilot. (*)