Follow Us

Tegang, China Lepeh Mentah-mentah Panggilan Telepon AS, Naikkan Tensi Selat Taiwan dan Laut China Selatan di Tengah Ancaman Perang

Rifka Amalia - Rabu, 26 Mei 2021 | 17:03
China vs AS
Da qing - Imaginechina/VCG via Global Times

China vs AS

Sosok.ID - China, menolak panggilan telepon Lloyd Austin setelah menteri pertahanan AS tersebut dikatakan meminta berbicara pada 'orang yang salah'.

Analis, menyoroti adanya kesalahpahaman dan ketidaksepakatan protokol yang mempengaruhi dialog antara militer China dan Amerika Serikat (AS).

Sumber militer China mengatakan, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin meminta untuk berbicara dengan wakil ketua Komisi Militer Pusat China (CMC) Xu Qiliang.

Padahal menurut China, seharusnya Austin meminta berbicara dengan Menteri Pertahanan China Wei Fenghe.

Baca Juga: Meleset Sedikit Bisa Meledak di Wilayah Indonesia, China Tiba-tiba Ancam Bakal Luncurkan Rudal Balistik dengan Target Australia, Ternyata Ini Penyebabnya!

Dilansir dari South China Morning Post, hal itu telah menyebabkan kekhawatiran putus komunikasi anatra militer China dan AS yang berpotensi menimbulkan perang panas.

Sumber anonim mengatakan, rekan Austin sebagai sesama menteri pertahanan seharusnya adalah Menteri Pertahanan China Wei Fenghe, bukan malah Xu Qiliang - orang nomor 2 di CMC di bawah Presiden Xi Jinping, yang memimpin badan tersebut.

"Baik Xu dan Wei melapor ke Xi Jinping, tetapi dalam protokol diplomatik, rekan Austin adalah Wei," kata sumber anonim tersebut.

"Pentagon menyadari hal ini ketika (pendahulu Austin) Mark Esper dan James Mattis berada di kantor," tambahnya.

Baca Juga: Mengerikan, Jet Tempur PLA Hujani Ribuan Amunisi dalam Penembakan di Laut China Selatan

Mengutip Financial Times, sumber anonim dari departemen pertahanan AS melaporkan bahwa Beijing pada tiga kesempatan telah menolak permintaan Austin untuk berbicara dengan Xu melalui telepon.

Pada hari Senin, (24/5), media China Global Times mengatakan Pentagon "tidak mengikuti protokol diplomatik" karena permintaan tersebut.

Source : South China Morning Post

Editor : Rifka Amalia

Baca Lainnya

Latest