Menanggapi meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengadakan pertemuan virtual bilateral dengan mitranya dari China Wang pada 30 Juli.
Dalam acara tersebut, Indonesia mendesak China untuk mematuhi Unclos 1982 dalam menyelesaikan perselisihan.
Bulan berikutnya, pada peringatan 53 tahun berdirinya ASEAN, Indonesia memprakarsai Pernyataan Bersama Menteri Luar Negeri Asean untuk Menjaga Perdamaian yang mengecam “perubahan dinamika geopolitik” yang mungkin memiliki “konsekuensi merugikan bagi kawasan”.
Lebih lanjut, menteri luar negeri ASEAN mendesak semua pihak untuk “menyelesaikan perbedaan dan perselisihan dengan cara damai sesuai dengan hukum internasional”.
Pada 13 Januari, hari pertama Jokowi menerima suntikan vaksin Sinovac, Retno Marsudi bertemu dengan Wang di Jakarta.
Dia kembali mendesak China untuk menghormati Unclos 1982 dan menjaga stabilitas di Laut China Selatan.
Ia menyampaikan pesannya atas nama ASEAN dan menekankan komitmen Indonesia terhadap sentralitas Asean di Indo-Pasifik yang stabil, damai, dan sejahtera.
"Indonesia telah menyusun rekan-rekan ASEANnya dengan cara yang rendah hati untuk memajukan kemajuan negosiasi CoC, yang diharapkan akan selesai tahun ini," kata SCMP.
"Indonesia berada di posisi terbaik untuk melakukan peran ini karena ini adalah negara Asia Tenggara terbesar, pemimpin alami ASEAN dan negara pesisir Laut China Selatan, bukan sebagai penggugat."
"Indonesia berupaya tetap bekerja sama dengan China dalam hal vaksin virus corona tanpa perlu menggadaikan kemerdekannya," tandasnya. (*)