Meski demikian, para pengembang masih berharap komponen-komponen seragam yang bisa mementalkan peluru ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan tempur.
Seragam hanya satu dari sekian banyak aspek kemiliteran yang menjadi obyek penelitian dan pengembangan.
Di dunia militer--sama halnya dengan bidang-bidang lain--orang berusaha untuk mengeksplorasi dan mengembangkan teknologi agar bisa lebih maju atau unggul.
Praktik ini sudah dimulai sejak zaman dulu.
Di era modern, unggul tak selalu terkait dengan persenjataan, tetapi juga mengubah individu agar memiliki fitur tentara unggulan atau tentara super.
Pada 2017, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa manusia mungkin tidak lama lagi akan membuat sesuatu yang jauh lebih buruk dari bom nuklir.
Putin mengatakan, manusia bisa membangun tentara yang bertempur tanpa rasa takut, tanpa penyesalan dan tanpa merasakan sakit.
Kembali ke China, mantan direktur badan intelijen nasional (DNI), John Ratcliffe, secara terang-terangan menuduh China sedang membangun tentara dengan kemampuan di atas manusia normal.
"China melakukan percobaan terhadap anggota Tentara Pembebasan Rakyat dengan harapan mengembangkan tentara dengan kemampuan biologis yang jauh lebih andal. Dalam ambisi ini, Beijing tak memedulikan hal-hal yang bersifat etis," kata Ratcliffe dalam tulisan di The Wall Street Journal.
Baca Juga: Siaga Tingkat Tinggi, Armada US Navy dan PLA Navy China Bertemu di Laut Sengketa
Pemerintah di Beijing menggambarkan tulisan Ratcliffe sebagai "tak lebih dari kebohongan semata".