Ia berstatus utusan khusus Louis Napoleon Bonaparte dari Prancis, yang menjadi "Raja Belanda" di Republik Bataaf atau Belanda.
Daendels dipercaya memberesi negeri kolonial yang selama hampir 200-an tahun dikelola penuh keburukan dan kerakusan oleh Verenigde Oostlndische Compagnie atau VOC (1602 – 1795).
Daendels juga diharapkan sukses menjegal bisnis ekspor armada dagang Inggris, yang kian gencar mengirim hasil bumi dan pangan dari "pulau emas hijau" (baca: Jawa) ke Eropa.
Sangat diandalkan selama perang Revolusi Prancis, Daendels terkenal sebagai kepala batalion asing yang piawai dalam peperangan antara tahun 1772 - 1779, dan pada 1779 ditunjuk untuk mempertahankan Republik Bataaf yang baru saja jadi bagian dari Prancis.
Daendels yang mendapat penghargaan bintang jasa Rajawali Agung (grand aigle de la legion d'honneur) berangkat menuju Jawa pada 27 Juli 1807 bersama satu divisi tentara, beranggotakan 14.000 personel.
Tugasnya antara lain "membereskan" Ambon, Ternate, Banda, Makassar, Timor, Banjarmasin, Padang, Palembang, dan tentu saja Jawa.
Setiba di Jawa, Daendels langsung membubarkan pemerintahan Dewan Hindia.
la juga prihatin melihat Batavia, dengan kota "lamanya" yang sudah usang yang tidak sehat, sehingga berjuluk het graf des hollanders (kuburan orang Belanda).
Benteng tuanya pun dianggap tak mampu lagi membendung serangan Inggris, sehingga dirobohkan.
Sementara beberapa bangunan baru sebagai pusat administratif cepat ditata dan dibangun, di kawasan Weltevreden (kini sekitaran Lapangan Banteng).