Sosok.ID - Kekuasaan di Myanmar, sejak Senin berpindah di tangan militer.
Penangkapan Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi mendapatkan reaksi beragam di dunia Internasional, namun membuat muslim Rohingya melakukan perayaan.
Umat Muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh, merayakan momen saat Aung San Suu Kyi ditangkap tentara pada Senin (1/2/2021).
Dikutip dari Kompas.com, tiga tahun lalu sekitar 740.000 orang Rohingya keluar dari negara bagian Rakhine di Myanmar ke negara tetangga, buntut dari operasi militer yang menurut PBB bisa menjadi genosida.
Suu Kyi adalah pemimpin de facto Myanmar saat itu, dan membela militernya dalam sidang Pengadilan Kriminal Internasional tahun 2019, atas kekejaman terhadap Rohingya termasuk pemerkosaan dan pembunuhan.
Lalu sekarang, berita penangkapan Suu Kyi menyebar cepat di kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh, yang ditempati sekitar 1 juta orang.
"Dia alasan di balik semua penderitaan kami. Kenapa kami tidak merayakannya?" kata Farid Ullah pemimpin komunitas itu kepada AFP, dari Kutupalong yang merupakan permukiman pengungsi terbesar di dunia.
Kemudian Mohammad Yusuf pemimpin di Balukhali kamp sebelahnya mengatakan, "Dia (Suu Kyi) harapan terakhir kami, tetapi dia mengabaikan penderitaan kami dan mendukung genosida terhadap Rohingya."
Baca Juga: Kudeta Myanmar: Demokrasi Amblas, Kekuasaan Militer Kembali Menghantui
Beberapa orang Rohingya memanjatkan doa khusus untuk menyambut keadilan, kata Mirza Ghalib pengungsi di kamp Nayapara.
"Jika otoritas kamp mengizinkannya, Anda akan melihat ribuan Rohingya keluar dalam pawai perayaan," tuturnya kepada AFP.