Rudal itu ditembakkan sehari setelah Beijing mengatakan pesawat mata-mata U-2 AS telah memasuki zona larangan terbang tanpa izin selama latihan angkatan laut China di Laut Bohai di lepas pantai utara.
“(Program rudal China) adalah sesuatu yang akan kami awasi dengan sangat cermat," kata Trussler.
Baca Juga: Bau-bau Perang, Pesawat Pengintai ASdan 6 Jet Tempur China Kunjungi Langit Taiwan Bersamaan
"Itu adalah sesuatu yang membingungkan tatanan internasional dan menjadi perhatian sekutu di kawasan."
"Dan itu menjadi salah satu alasan kami bekerja untuk menjaga global commons tetap terbuka dan arus lalu lintas bebas," ucapnya.
Trussler kemudian berharap agar China terus menghambur-hamburkan uang untuk hal yang sia-sia dan tidak memenangkan perang.
“Jadi kami mengawasi mereka dengan sangat cermat. Saya berharap mereka terus mengucurkan uang untuk hal semacam itu - mungkin bukan itu cara kita memenangkan perang berikutnya," katanya.
Baca Juga: Dimulai Perang Udara? China dan AS Berbarengan Masuki Zona Pertahanan Taiwan, Begini Detik-detiknya!
Ia juga mengatakan bahwa Angkatan Laut AS memantau pengembangan DF-26, yang dilaporkan memiliki jangkauan 4.000 km (2.485 mil).
Rudal berkemampuan ganda DF-26 adalah jenis senjata yang dilarang oleh Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah yang ditandatangani oleh AS dan Uni Soviet menjelang akhir Perang Dingin.
Ketika AS menarik diri dari perjanjian itu pada 2019, AS mengutip penggunaan senjata semacam itu oleh China sebagai pembenaran.
DF-21 memiliki jangkauan sekitar 1.800 km (1.120 mil) dan media pemerintah telah menggambarkan senjata paling canggih dalam seri tersebut, DF-21D, sebagai rudal balistik anti-kapal pertama di dunia.