Denke mulai menerima migran tunawisma pada tahun yang sama, dan orang-orang di sekitar terlalu miskin untuk peduli dengan apa yang terjadi pada orang lain.
Aksi keji Denke terjadi. Para tunawisma yang masuk ke rumahnya dibunuh. Tubuh mereka diolah oleh Denke, diperlakukan seperti hewan ternak.
Denke menyulap para korbannya menjadi ikat pinggang kulit, tali sepatu, dan bretel yang ke semuanya dikira pembeli berasal dari sapi.
Tidak ada yang curiga
Warga sekitar merasa tidak memiliki alasan untuk mencurigai kekejian Denke.
Pertama, lelaki tua itu tampaknya adalah pria baik hati yang berusaha sebaik mungkin meski kondisi negara sedang suram. Ia bahkan sempat menghadiri gereja.
Kedua, dampak Perang Dunia I membuat Jerman terguncang. Daerah di Polandia tempat tinggal Denke berada di bawah kendali Jerman dalam Perang Dunia I dan hiper-inflasi yang tidak terkendali membuat nilai Jerman hampir tidak berharga.
Depresi ekonomi menyebabkan lebih banyak masa-masa sulit. Denke tidak mampu membeli apa pun dengan uang tunai, jadi dia beralih ke persediaan barang yang gratis pada saat itu.
Alasan itu cukup untuk melihat Denke adalah pribadi yang bekerja keras, dan tidak tampak seperti pembunuh.