Ketika usia Denke 25 tahun, ayahnya meninggal dunia. Denke menggunakan warisannya untuk membeli pertanian kecil dan mengolahnya.
Sayangnya pekerjaan itu gagal, ia kemudian menjual asetnya untuk membeli rumah dua lantai di Ziebice sambil menyewa sebuah toko kecil di sebelahnya.
Sejak saat itu, hidup Denke menjadi salah. Ia menjual bretel kulit, ikat pinggang, dan tali sepatu kepada beberapa dari 8.000 penduduk di kotanya.
Dia juga menjual toples acar daging babi tanpa tulang untuk dimakan orang.
Orang-orang melihat hidupnya sangat normal, dan Denke sangat dermawan.
Ia kerap menjadi sukarelawan di gereja lokalnya. Dia memainkan organ secara teratur. Dia juga membawa salib untuk pemakaman setempat.
Pemakaman ini pada akhirnya menghubungkan Denke dengan para migran dan gelandangan di kota. Di upacara-upacara pemakaman, ketika melihat para gelandangan, ia menawarkan mereka tempat tinggal.
Tetapi sebanyak 40 migran tidak pernah terlihat keluar dari rumahnya.
Lalu ketika Jerman mengalami inflasi setelah Perang Dunia I, kehidupan di Eropa Timur menjadi sangat sulit.
Denke harus menjual rumahnya, yang diubah oleh investor menjadi kompleks apartemen, dan kemudian dia menyewa dua kamar di sebelah tokonya mulai tahun 1921 ketika depresi ekonomi melanda Jerman.