Sosok.ID - Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, Donald Trump akan mengalami nasib suram yang sama seperti Saddam Hussein.
Rouhani pada hari Rabu (23/12/2020) menggambarkan Donald Trump sebagai "orang gila", menyamakannya dengan mantan diktator Irak Saddam Hussein.
Ia juga meramalkan presiden Amerika Serikat (AS) tersebut akan mengalami nasib yang mirip dengan mendiang pemimpin Baath, yakni mati digantung di penjara Baghdad 14 tahun lalu.
"Hari di mana si gila digantung adalah hari orang merayakan kemenangan terakhir," kata Presiden Hassan Rouhani dalam rapat kabinet, dikutip Sosok.ID dari Independent.
"Nasib Trump tidak akan lebih baik dari Saddam," katanya.
Pernyataan provokatif Rouhani datang empat minggu sebelum Trump meninggalkan jabatannya.
Trump berpotensi menghadapi tindakan hukum perdata dan pidana oleh otoritas federal dan negara bagian, serta pengadu pribadi atas tindakan selama dan sebelum masa jabatan satu masa kepresidenannya.
Pemerintahan Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 yang melibatkan Iran dan kekuatan dunia lainnya, memperkenalkan kebijakan "tekanan maksimum" yang menargetkan ekonomi Iran.
Sanksi ekonomi AS yang diperketat telah memaksa Teheran tunduk.
Termasuk kebijakan yang menargetkan perusahaan non-Amerika yang mempertimbangkan untuk berinvestasi atau berbisnis di Iran, telah merusak ekonomi mereka.
Segalanya menjadi semakin tegang oleh pandemi virus corona dan korupsi endemik.
Rouhani menyebut Hussein sebagai orang gila yang melancarkan perang dan menghancurkan Iran pada 1980-an.
Baca Juga: Iran Mau Balas Dendam Pembunuhan Qasem Soleimani, Amerika Santai Saja
Sementara Trump secara mental disebutnya sebagai agresor yang tidak stabil.
Ratusan ribu nyawa hilang dalam perang, dengan Iran menderita kerugian yang lebih besar.
"Satu orang gila di wilayah kami adalah Saddam, yang memberlakukan perang terhadap bangsa kami," ungkap Rouhani.
"Dan orang gila lainnya adalah Trump, yang memberlakukan perang lain terhadap rakyat kami," katanya dalam komentar yang disiarkan di televisi pemerintah.
"Yang satu memaksakan perang militer pada kami, sementara yang lain memaksakan perang ekonomi," lanjutnya.
Hussein, yang ditangkap oleh pasukan AS setelah invasi dan pendudukan Irak tahun 2003, dihukum mati dengan digantung dalam eksekusi dini hari yang diawasi oleh musuh politiknya.
Sejak kekalahan itu, pemerintahan Trump dan sekutunya telah meningkatkan tekanan terhadap Iran dengan sanksi dan manuver militer.
Hal itu didorong oleh sekelompok orang dalam Washington yang dipengaruhi asing yang ingin menggulingkan rezim empat dekade di Teheran.
Sumber intelijen yang dikutip oleh outlet berita Amerika mengatakan bahwa Israel, dengan restu Washington, berada di balik pembunuhan ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh, yang dipandang sebagai bapak program senjata nuklir klandestin Iran yang tidak aktif.
Sementara itu Presiden terpilih AS Joe Biden telah mengisyaratkan bahwa dia ingin kembali ke kesepakatan nuklir Iran, sebuah langkah yang disambut oleh Rouhani sebagai cara untuk meredakan tekanan ekonomi. (*)