Putin juga mencatat pada bulan Oktober lalu bahwa latihan perang yang dilakukan Rusia dan China menyoroti seberapa baik kedua negara bekerja sama.
Dia juga mengisyaratkan bahwa Rusia telah berbagi teknologi militer dengan China, tetapi menolak untuk menjelaskan secara spesifik.
"Tanpa ragu, kerja sama kami dengan China memperkuat kemampuan pertahanan tentara China," kata Putin.
"Waktu akan menunjukkan bagaimana itu akan berkembang. Kami tidak akan mengecualikannya."
Itu terjadi setelah para ahli memperingatkan senjata luar angkasa Rusia dan China dapat "menimbulkan kekacauan" dalam serangan satelit yang dapat merugikan Inggris sekitar £ 1 miliar (sekitar Rp 18,8 triliun) dalam sehari.
Serangan orbital tersebut dikhawatirkan dapat mematikan rumah sakit, menghancurkan ekonomi, melumpuhkan komunikasi, dan menyebabkan pemadaman massal.
Setelah hubungan Rusia dengan Barat merosot ke posisi terendah pasca-Perang Dingin karena penyitaan Moskow atas Krimea Ukraina dan tuduhan ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2016 di antara masalah-masalah lainnya, negara tersebut telah berusaha untuk mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan China.
Sementara itu, hubungan China dan AS kembali memburuk karena pandemi virus corona serta perselisihan di Laut China Selatan dan Taiwan.
Kekuatan Rusia dan China bila digabungkan akan melebihi pertahanan AS.
Dua banding satu dalam hal personel militer aktif, perbandingannya adalah 3,2 juta banding 1,4 juta.