Greg Poling, seorang analis Asia Tenggara dari Center for Strategic and International Studies yang berbasis di Washington DC, mengatakan bahwa upaya untuk mendapatkan hak pendaratan pesawat mata-mata menunjukkan betapa pemerintah AS tidak memahami Indonesia.
Sampai batas tertentu, AS telah menunjukkan bahwa mereka terlalu percaya diri, lapor Global Times. Washington merasa bahwa negara-negara ini akan mematuhi instruksi AS dengan paksaan atau godaan.
Namun negara-negara kawasan ini memiliki kepentingan nasionalnya masing-masing.
AS jelas salah menilai situasi, kata Global Times. Ia salah percaya bahwa negara-negara kewasan dapat dimanipulasi oleh panggilan dan seruan AS.
Selain itu, AS tidak sepenuhnya memahami situasi domestik sebenarnya dari negara-negara tersebut.
Negara-negara seperti Indonesia telah tumbuh menjadi negara berkembang dalam beberapa tahun terakhir.
Jelas, negara-negara ini mengikuti jalur perkembangan mereka sendiri, alih-alih menari mengikuti irama AS.
Sikap Indonesia, sekali lagi dinilai merepresentasikan posisi sebagian besar anggota ASEAN untuk tidak berpihak kepada siapapun.
Meski China dan Indonesia berselisih di Laut China Selatan, kedua negara meningkatkan hubungan timbal baliknya dibidang ekonomi, perdagangan, dan investasi.
Dino mengatakan kepada Reuters bahwa China sekarang adalah "negara paling berpengaruh di dunia bagi Indonesia."