China membutuhkan kekayaan minyak dan mineral yang tersembunyi di bawah Laut China Selatan untuk memasok pemulihan ekonominya dengan cepat.
Tangkapan ikan di Laut China Selatan juga dibutuhkan China untuk memberi makan 1,4 miliar perut warganya.
Pengadilan internasional memutuskan pada tahun 2016 bahwa China tidak memiliki hak untuk mengklaim Laut China Selatan sebagai wilayah kedaulatannya, sebuah keputusan yang dengan tegas ditolak China.
Untuk mengamankan wilayah laut yang luas ini, China telah mengubah atol tak berpenghuni dan formasi batuan setengah tenggelam menjadi pangkalan militer depan, seperti yang diarahkan secara pribadi oleh Presiden Xi Jinping.
Patroli laut reguler Tiongkok memantau daerah itu, mengusir kapal-kapal penangkap ikan dari negara lain dari apa yang dianggapnya sebagai kawasan penangkapan ikan eksklusif.
Masuknya China ke wilayah negara lain telah membuat ketegangan meningkat, dengan 10 anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean) menentang klaim mereka.
AS dengan tegas juga menolak klaim China atas Laut China Selatan, dan secara dramatis meningkatkan kehadiran militernya di wilayah tersebut.
Masing-masing pihak telah memperingatkan yang lain tentang bahaya eskalasi lebih lanjut, dengan sanksi AS terhadap perusahaan-perusahaan China yang membantu membangun pos-pos pulaunya.
Jarang seminggu berlalu tanpa kapal perang AS yang berlayar di dekat kapal keluaran China sebagai bagian dari latihan "kebebasan navigasi", yang dibayangi oleh kapal China sepanjang perjalanan.