Timor Gap, perusahaan milik Timor Leste hanya memiliki 56% Greater Sunrise, sedang berupaya mengumpulkan pendanaan untuk proyek tersebut.
Melalui proyek Tasi Mane, di Greater Sunrise proyek menjanjikan untuk mengubah nasib Timor Leste keluar dari kemiskinan.
Namun, proyek itu telah tertunda lebih dari 1 dekade lamanya, akibat sengketa batas laut dengan Australia.
Alkatiri prihatin, karena sebelumnya negaranya hanya bergantung pada satu negara yaitu Australia.
"Bagi saya pendanaan yang datang dari Australia dan China, kedua sisi itu lebih baik," katanya.
Canberra sendiri semakin khawatir dengan pengaruh China yang semakin tumbuh sebagai kekuatan ekonomi di seluruh Asia Tenggara, Pasifik, dan negara kecil seperti Papua Nugini, Solomon dan Vanuatu.
China telah membangun beberapa jalan baru di pantai selatan Timor Leste, menghubungkan bandara ke kota-kota pesisir, membangun istana presiden, gedung kementerian pertahanan, dan gedung kementrian luar negeri.
Bec Strating, dosen politik di Universitas La Trobe, yang menulis buku tentang Timor Leste mengatakan, "Bahwa satu-satunya penyandang dana di Timor Leste adalah China, itu adalah sesuatu yang dikhawatirkan Australia."
"Jika China satu-satunya pilihan, tampaknya itu akan diambil oleh para pemimpin Timor Leste," katanya.
Sementara itu, Xanana Gusmao, yang menjadi tokoh berpengaruh di Timor Leste, masih menggunakan sebagian besar dana perminyakan untuk membayar Tasi Mane.