"RRT kemungkinan telah mempertimbangkan lokasi untuk fasilitas logistik militer PLA di Myanmar, Thailand, Singapura, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Kenya, Seychelles, Tanzania, Angola dan Tajikistan," terang laporan itu.
Ia juga menambahkan bahwa tujuan China dengan proyek One Belt, One Road (OBOR) di Pakistan yang berhubungan dengan jaringan pipa dan pembangunan pelabuhan adalah untuk mengurangi ketergantungan Beijing pada pengangkutan sumber daya energi melalui chokepoint strategis, seperti Selat Malaka.
"Untuk mendukung strategi nasionalnya, RRT mengejar berbagai tujuan melalui OBOR termasuk memperkuat integritas teritorialnya, meningkatkan keamanan energinya, dan memperluas pengaruh internasionalnya.
Mengingat Partai memandang kepentingan keamanan dan pembangunan RRT sebagai pelengkap, RRT memanfaatkan OBOR untuk berinvestasi dalam proyek-proyek di sepanjang pinggiran barat dan selatan Tiongkok.
Baca Juga: Percaya Diri, Hadapi Amerika dan India Sekaligus, China Kerahkan Armada Perang Full Power
Hal ini dilakukan demi meningkatkan stabilitas dan mengurangi ancaman di sepanjang perbatasannya.
Adapun proyek OBOR yang terkait dengan jaringan pipa dan pembangunan pelabuhan di Pakistan bermaksud untuk mengurangi ketergantungan China pada pengangkutan sumber daya energi melalui chokepoints strategis, seperti Selat Malaka, "kata departemen tersebut.
Laporan di atas juga menunjukkan bahwa Beijing telah meningkatkan keterlibatan bilateral dan multilateral dengan militer asing.
Beberapa negara yang dilibatkan yakni Rusia, Pakistan, dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Ini merupakan bagian dari strategi China untuk meningkatkan kemampuan PLA dalam mengatur dan mengelola operasi gabungan yang mengintegrasikan pasukan asing.
Pentagon juga mencatat bahwa Pasukan Dukungan Strategis (SSF) China menjalankan stasiun pelacakan, telemetri dan komando di Namibia, Pakistan, dan Argentina.