Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Terlahir Komunis, Inilah Sosok Pembenci Israel Pembela Palestina, 'Leluhur' Teroris Berkedok Agama yang Siap Libas Apapun Demi Pertahankan Keyakinannya

Rifka Amalia - Selasa, 26 Mei 2020 | 20:00
Carlos The Jackal
bbc.com

Carlos The Jackal

Carlos melarikan diri ke Beirut dan mulai merencanakan misi berikutnya — misi yang akan membuat namanya dikenal dunia. Pada 21 Desember 1975, Carlos dan lima rekannya menyerbu pertemuan para menteri OPEC di Wina, menewaskan dua penjaga keamanan dan seorang ekonom Libya dan menyandera lebih dari 60 orang.

Baca Juga: Philippine Scout Rangers, Unit Militer Elite dengan Tes Terakhir Berupa 'Ujian Kematian' Bertempur Melawan Teroris Abu Sayyaf

Setelah mengamankan sebuah pesawat dan melepaskan beberapa sandera, Carlos dan pasukannya menerbangkan 42 tawanan yang tersisa dalam perjalanan yang berakhir di Aljir.

Di sana Carlos disambut oleh kepemimpinan Aljazair, dan belakanganmuncul dugaan bahwa dia telah menerima uang tebusan puluhan juta dolar untuk pembebasan para sandera secara aman.

Tindakan ini membuat atasan PFLP-nya marah, yang menuntut eksekusi dua menteri OPEC, dan Carlos dikeluarkan dari PFLP pada 1976.

Baca Juga: OPM Harusnya Sudah Masuk Daftar Teroris Internasional, Ini Kata Menhan Prabowo

Carlos kemudian mendapat dukungan dari berbagai individu dan kelompok, termasuk pemimpin Libya Muammar al-Qaddafi dan Stasi Jerman Timur, yang menyediakan markas Berlin Timur sebagai markas Carlostermasuk staf pendukung lebih dari 70 orang.

Carlos kemudian mulai membangun jaringan terorisnya sendiri, yang ia juluki Organisasi Perjuangan Arab Bersenjata (OAAS) pada tahun 1978.

Pada 1979 Carlos menikahi seorang anggota OAAS Jerman Barat, Magdalena Kopp, yang kemudian ditangkap oleh polisi Prancis pada 1982, Tindakan yang memicu serangkaian aksi balasan.

Pada 1979 Carlos menikahi seorang anggota OAAS Jerman Barat, Magdalena Kopp
theguardian.com

Pada 1979 Carlos menikahi seorang anggota OAAS Jerman Barat, Magdalena Kopp

Sepanjang musim semi dan musim panas tahun itu, Prancis diguncang gelombang pemboman mematikan, salah satunya menargetkan Jacques Chirac, yang saat itu menjabat walikota Paris.

Baca Juga: Noordin M Top Cuma Kacangan, Ini Dia Teroris Kelas Kakap Indonesia yang Bahkan Kepalanya Dihargai 1 Juta Dollar AS

Source : Intisari Online

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x