Sosok.ID - Indonesia kembali kehilangan musisi legendaris.
Didi Kempot, sang maestro campursari meninggal dunia pada Selasa (5/5/2020) lalu.
Kepergian pria bernama asli Dionisius Prasetyo ini membuat Tanah Air merasa sangat kehilangan.
Terutama bagi kalangan Sobat Ambyar.
Terlebih, adik kandung pelawak senior Srimulat, Mamiek Podang ini wafat ketika kariernya tengah berada di puncak.
Kendati telah meninggal dunia, namun karya-karya Didi Kempot yang sarat akan lirik patah hati akan senantiasa menghiasi hari-hari masyarakat Indonesia.
Salah satu lagu yang melambungkan nama Didi Kempot di belantika musik Tanah Air adalah Stasiun Balapan.
Lagu yang menceritakan tentang seseorang yang melepaskan kepergian kekasihnya di stasiun kereta api kebanggaan warga Solo, Jawa Tengah.
Liriknya yang begitu mewakili rasa patah hati itu berhasil mengenalkan Stasiun Balapan hingga tingkat nasional, bahkan internasional.
Padahal liriknya sendiri ditulis menggunakan bahasa Jawa yang hanya dimengerti oleh sebagian masyarakat di Indonesia.
Setidaknya begitulah yang dikatakan oleh Hanindha Cholandha (27).
Pria asal Solo itu mengaku pertama kali mengenal lagu Stasiun Balapan saat masih tinggal di Jakarta.
"Waktu lagu Stasiun Balapan rilis tahun 1998, saya tidak di Solo, tapi di Jakarta, yang mengenalkan ART saya," ungkapnya, seperti dikutip Sosok.ID dari Tribunnews.
Karena lagu itu, ujar Hanindha, Didi Kempot mampu memperkenalkan Kota Solo ke orang lain.
"Jadi secara tidak langsung Pakde (Didi Kempot) memperkenalkan Solo kepada orang yang nggak tau Solo meskipun hanya mengenalkan tempat, yakni Stasiun Balapan," ujarnya.
Untuk itu, ia berinisiatif membuat petisi pendirian patung atau memorabilia Didi Kempot di Stasiun Balapan.
Sejak petisi itu dibuat pada Selasa, sudah ada lebih dari 22 ribu orang yang menandatangani di laman change.org.
Adapun, petisi itu ditujukan kepada PT KAI, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo.
Hingga berita ini ditulis pada Minggu (10/5/2020), sudah ada 22.183 tanda tangan.
Link petisi pendirian memorabilia Didi Kempot di Stasiun Balapan bisa diklik di sini.
Mendengar kabar tersebut, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo pun menanggapi dengan santai.
Pria yang akrab disapa Rudy ini mengaku tak mempermasalahkan kemunculan petisi tersebut.
Malahan, ia juga menyetujui inisiatif yang diusulkan warganya itu.
"Boleh, kalau monumen lokal gampang, bisa di Stasiun Solo Balapan, bisa di Terminal Tirtonadi," tutur Rudy, Sabtu (9/5/2020), seperti dikutip Sosok.ID dari Tribun Solo.
Ia mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo juga akan mengirimkan surat kepada Kementerian Sosial.
"Anugerah tidak lokal, anugerah mestinya nasional, kita mengirim surat ke menteri sosial supaya ada Anugerah kepada Didi Kempot," kata Rudy.
Menurut Rudy, sosok Didi Kempot adalah musisi yang luar biasa.
Ia menceritakan bahwa Didi Kempot pernah mengumpulkan uang senilai Rp 7 miliar hanya dalam beberapa jam saat menggelar konser amal.
Karena itu lah, ia mengaku tidak perlu menggunakan petisi untuk memberikan penghargaan kepada Didi Kempot.
Sebab Pemkot Solo juga telah memikirkan hal tersebut.
"Tidak usah pakai petisi, kita sudah pikir ke sana, kalau dibuatkan monumen mas Didi Kempot di sana harus buat rancangan dulu," tutur dia.
Rudy menambahkan, selain di Stasiun Balapan, memorabilia untuk Didi Kempot nantinya juga bisa ditempatkan di Terminal Tirtonadi maupun Kebun Binatang Jurug.
Sebab ketiga tempat itu sama-sama pernah muncul dalam karya Didi Kempot.
"Petisi kita terima, bicarakan dulu dengan tokoh-tokoh seniman atau budayawan, sebaiknya dimana dipasang," ucap Rudy.
"Tempatnya di Stasiun Solo Balapan, tapi banyak yang menghendaki di Tirtonadi bagaiaman, makanya kita bicarakan dulu dengan tokoh-tokoh, kalau menghendaki di Stasiun Solo Balapan bisa," tandasnya.
(*)