Sosok.ID - Simpatik, seorang anggota polisi terpaksa mengizinkan dua orang warga mudik ke kampung halaman.
Anggota polisi ini mengaku terpaksa mengizinkan 2 pemudik itu melintas usai dicurhati soal kondisi mereka selama pandemi virus Corona.
Khawatir kedua pemudik ini bakal mati kelaparan jika terus bertahan di ibukota, anggota polisi ini pun terpaksa membiarkan mereka melintas.
Ya, seperti yang kita ketahui, belum lama ini pemerintah baru saja mengeluarkan larangan mudik bagi masyarakat.
Hal ini dikarenakan guna mencegah penyebaran virus Corona secara masif ke daerah lain di wilayah Tanah Air.
Mengutip Kompas.com dan Tribunnews, bahkan aturan tersebut telah tertuang dalam pasal Pasal 6 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020.
Peraturan larang mudik ini pun telah diteken oleh Menteri Perhubungan Ad Interem, Luhut Pandjaitan pada 23 April 2020 lalu.
Kendati telah dilarang, masih banyak masyarakat yang nekat mudik ke kampung halaman.
Berbagai alasan pun terlontar dari mulut para warga yang nekat langgar aturan pemerintah tersebut.
Mulai dari alasan tradisi di bulan ramadan hingga terhimpit masalah ekonomi jika terus bertahan di ibukota.
Hal serupa pun ditemukan Kasatlantas Polres Metro Kota Bekasi, AKBP Ojo Ruslani saat patroli rutin check poin pada 30 April 2020 lalu.
Mengutip Kompas.com, pada saat itu, AKBP Ojo Ruslani tengah berjaga di Sumber Artha, Jalan Raya Kalimalang.
Saat berjaga, AKBP Ojo Ruslani menemukan dua orang warga nekat mudik ke kampung halaman dengan menggunakan motor.
Kedua pemudik ini pun langsung dicegat oleh AKBP Ojo Ruslani.
Ketika dimintai keterangan, kedua pemudik itu mengaku nekat mudik lantaran terhimpit masalah ekonomi.
Bila terus bertahan di Ibukota, kedua pemudik yang hendak pulang kampung ke Cilacap ini khawatir bakal mati kelaparan.
Baca Juga: Wabah Corona Hanya Permulaan, Anak Indigo Ini Ramal 2020 Adalah Tahun Panen Bencana
Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com, Selasa (5/5/2020) AKBP Ojo Ruslani mengungkap bila kedua pemudik ini mengaku tak lagi punya biaya tersisa untuk hidup di Jakarta.
“Waktu itu ada dua orang berboncengan dengan satu motor, mereka mau mudik ke Cilacap,” ujar AKBP Ojo Ruslani.
Keduanya baru saja dirumahkan atau kena PHK oleh perusahaan tempatnya bekerja akibat pandemi virus Corona.
Tak lagi memiliki penghasilan, keduanya pun bingung bukan kepalang mencari biaya untuk hidup.
Sehingga, daripada mati kelaparan, kedua pemudik itu memilih nekat langgar peraturan pemerintah untuk pulang ke kampung halaman.
Setidaknya, bila di kampung, kedua pemudik tersebut bisa bergantung pada sanak keluarga.
"Dia bilang gini ke saya 'di Cilacap di rumah orangtua bisa gabung dengan orangtua.
Kalau saya enggak makan di sana ada orangtua, makan singkong di sana masih bisa hidup',” kata AKBP Ojo Ruslani mengulang perkataan pemudik itu.
Baca Juga: Agar Tahu Apa Itu Pendidikan, Anies Baswedan Minta Para Guru Baca Tulisan Pikiran Ki Hajar Dewantara
Saat mencegat kedua pemudik tersebut, AKBP Ojo Ruslani rupanya juga sempat dimintai pertanggung jawaban.
" 'Kalau Bapak jegat saya, sementara saya di Jakarta makan harus bayar sendiri.
Bapak memang mau tanggung jawab dan kasih makan saya?'. Dia bilang gitu sambil wajahnya sangat sedih,” tambah AKBP Ojo Ruslani.
Mendengar curahan hari kedua pemudik tersebut, emosi AKBP Ojo Ruslani sempat terombang ambing.
Melansir Kompas.com, AKBP Ojo Ruslani mengaku sempat bingung harus bersikap seperti apa pada kedua pemudik ini.
Di satu sisi, dia ingin mengizinkan kedua orang ini lewat tapi di sisi lain ia juga dibebani tanggung jawabnya sebagai aparat penegak hukum.
Namun pada akhirnya, AKBP Ojo Ruslani memilih hati nuraninya dan membiarkan kedua pemudik tersebut pulang ke kampung halaman.
Tak hanya membiarkan kedua pemudik itu lewat, AKBP Ojo Ruslani juga bersedia tanggung jawab bila keduanya di tengah jalan diminta putar balik.
"Dia betul-betul terus terang bilang kantornya sudah tutup dan dia tidak ada kerjaan lagi.
Dia bilang 'Kalau saya enggak pulang, saya bayar kos dan tetap bayar makan tiap hari di sana'.
Makanya saya paham terus saya suruh lewat lewat aja udah pulang aja ke kampung.
Kalau di tengah perjalanan diminta putar balik bukan tanggung jawab saya gitu, itu aja pesan saya,” pungkas AKBP Ojo Ruslani.
(*)