Sehingga, daripada mati kelaparan, kedua pemudik itu memilih nekat langgar peraturan pemerintah untuk pulang ke kampung halaman.
Setidaknya, bila di kampung, kedua pemudik tersebut bisa bergantung pada sanak keluarga.
"Dia bilang gini ke saya 'di Cilacap di rumah orangtua bisa gabung dengan orangtua.
Kalau saya enggak makan di sana ada orangtua, makan singkong di sana masih bisa hidup',” kata AKBP Ojo Ruslani mengulang perkataan pemudik itu.
Baca Juga: Agar Tahu Apa Itu Pendidikan, Anies Baswedan Minta Para Guru Baca Tulisan Pikiran Ki Hajar Dewantara
Saat mencegat kedua pemudik tersebut, AKBP Ojo Ruslani rupanya juga sempat dimintai pertanggung jawaban.
" 'Kalau Bapak jegat saya, sementara saya di Jakarta makan harus bayar sendiri.
Bapak memang mau tanggung jawab dan kasih makan saya?'. Dia bilang gitu sambil wajahnya sangat sedih,” tambah AKBP Ojo Ruslani.
Mendengar curahan hari kedua pemudik tersebut, emosi AKBP Ojo Ruslani sempat terombang ambing.
Melansir Kompas.com, AKBP Ojo Ruslani mengaku sempat bingung harus bersikap seperti apa pada kedua pemudik ini.