"Orangtua sudah meninggal. Istri diambil orang (cerai). Saya bagus di sini saja (Rutan). Banyak teman,” tuturnya.
Meski punya seorang anak, Ambo tetap menolak dibebaskan.
Sebab anaknya tinggal di Parepare, dan pandemi Covid-19 membuatnya tak bisa pulang kampung.
Kendati demikian, Ambo mengaku memiliki kegiatan yang produktif selama di rutan.
Selain berolahraga, ia juga kerap membantu mengangkat makanan titipan keluarga temannya.
“Saya bantu teman angkat titipan makanan, nanti saya diberi makanan,” katanya.
“Mending di sini. Nyaman di sini. Sudah betah,” tegasnya.
Merasa sendirian di Samarinda, Ambo yang terkadang juga merasa sedih karena tak ada yang menjenguk ini, tetap akan keluar dari rutan jika masa hukuman telah selesai.
Mengutip Kompas.com, Kepala Rutan Klas IIA Samarinda, Taufiq Hidayat mengatakan, terdapat 137 napi yang dibebaskan lewat program asimilasi.