Hassan juga menambahkan kekhawatirannya saat itu bahwa narapidana kejahatan lain "ikut-ikutan mereka".
Kepala Lapas Batu, Erwedi Supriyanto, menyatakan saat ini kemungkinan saling mempengaruhi di lapas risiko tinggi "kecil" karena sel napi yang dipisahkan.
Di Lapas Batu, yang sebenarnya diperuntukkan untuk narkoba, saat ini terdapat 18 orang napi terorisme.
"Mereka tak lagi bisa berkomunikasi di antara mereka. Dulu waktu belum ada revitalisasi khususnya untuk high risk, mereka kan masih bisa sering berkomunikasi, sering bertemu, sehingga bisa saling mempengaruhi. Tapi sejak Lapas Batu dan Pasir Putih menjadi lapas yang high risk, satu orang satu sel dan mereka tidak bisa berkomunikasi intens dengan yang lain," kata Erwedi.
Hassan menyatakan salah satu hal yang membuatnya sadar bahwa yang dilakukannya salah, ketika melihat dampak terhadap para korban bom.
Ia menyebut apa yang dilakukannya - sebagai pengantar bahan peledak bersama Rois - seperti orang bodoh.
"Saya sempat tanya ke Noordin M Top, kenapa perlu menyerang kedubes karena bukan negara dia, tapi dibilang termasuk bagian. Salah satunya karena Australia adalah sekutu Amerika," kata Hassan.
"Kita nggak banyak bertanya waktu itu. Kayak orang bodoh waktu itu, jalan, jalankan saja. Saya juga heran, kok bisa kayak begini. Sementara teman-teman ada yang menolak."