Saat baiat inilah, Hassan menyatakan mengalami sendiri apa yang terjadi saat itu.
"Saat ramai-ramainya baiat ISIS, itu saya nggak bisa tidur, saya takut. Takut lengah saat tidur. Kita satu kamar, itu banyak. Saya sama Pak Subur (Subur Sugiarto, terpidana Bom Bali 2) berdua dan yang tidak berbaiat dianggap murtad."
"Pernyataan-pernyataan mereka yang tidak berbaiat dengan amir Daulah Islamiyah atau ISIS dimurtadkan. Saya nggak berbaiat sama mereka. Bahkan kita mentahkan pendapat mereka. Foto wajah kami diganti dengan gambar sapi dan paling banyak beredar di Solo, kepala saya diganti gambar anjing … saya dikafirkan. Itulah mereka yang melakukan itu. "Kita bantah pendapat-pendapat mereka terutama mereka yang selalu memusuhi aparat atau pemerintah," papar Hassan.
Dia mengatakan sempat berteman baik dengan Rois "yang menghadapi satu perkara dengannya" selama sekitar dua tahun.
Namun situasi berubah, kata Hassan, setelah datangnya Aman.
"Mereka punya pemahaman mengkafirkan. Jangankan aparat, saya juga, sama pak Subur. Saya dikafirkan dan hukumnya menurut syariat Islam, darahnya halal. Berarti saya berhak dibunuh sama mereka," tambahnya.
Hassan mengatakan saat itu mereka "bertujuh dan kami cuma berdua dengan pak Subur, ada Aman Abdurrahman dan Rois."
Hassan juga mengatakan ia akhirnya terbebas setelah petugas "memindahkan dan tidak dicampur dengan mereka".
"Saya was-was. Lama-lama petugas sipir tahu, saya dan Pak Subur disuruh pilih kamar di mana. Saya was-was sekali, kalau kita lengah, (bisa) lewat gitu saja," katanya lagi.