Namun sayangnya, Li, bersama dengan tujuh orang lain yang berbagi informasi tentang wabah tersebut, termasuk setidaknya tiga dokter lain, justru dipanggil polisi setempat.
Mereka dipaksa untuk menandatangani surat yang berjanji untuk tidak membuat pengungkapan lebih lanjut mengenai penyakit ini.
Pada awal Januari, CCTV, juru bicara Partai Komunis menuduh delapan orang di Wuhan telah menyebarkan apa yang oleh pemerintah disebut "rumor."
"Cyberspace sama sekali bukan perbatasan tanpa hukum, polisi tidak memiliki toleransi terhadap tindakan ilegal memalsukan atau menyebarkan desas-desus yang mengganggu ketertiban sosial," kata pihak berwenang menanggapi peringatan dr. Li dan kawan-kawannya.
Dalam sebuah pos Weibo yang membahas cara menyampaikan berita dan interaksinya dengan polisi, Li mengatakan ia kembali bekerja pada 3 Januari setelah polisi menegurnya.
Namun beberapa hari kemudian, Li mulai menunjukkan gejala yag sama dengan pasien.
Ia diketahui mulai batuk pada 10 Januari 2020 lalu.
Sementara Li yakin dengan gejala pasien yang mirip SARS dan khawatir soal penyebarannya, pemerintah justru bersikeras bahwa virus jenis baru itu hanya menular dari hewan, dan tak ada penularan yang terjadi antar manusia.
“Saya demam pada 11 Januari dan dirawat di rumah sakit pada hari berikutnya. Saat itu, pemerintah masih bersikeras bahwa tidak ada penularan dari manusia ke manusia, dan mengatakan tidak ada staf medis yang terinfeksi. Saya hanya bingung, ” kata Li dalam postingannya di Weibo, dikutip dari South China Morning Post.