Sosok.ID - Kasus penculikan nelayan asal Indonesia terjadi kembali beberapa waktu lalu hingga membuat Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan HAM, Mahfud MD bereaksi.
Diketahui, pada Kamis (16/1/2020) silam terjadi penculikan terhadap lima nelayan warga negara Indonesia.
Kelimanya diketahui bekerja sebagai kru kapal ikan asal negeri tetangga, Malaysia.
Semuanya masih hilang dan sedang dalam upaya pencarian oleh pemerintah Indonesia.
Rata-rata nelayan Indonesia yang diculik tersebut berusia produktif dan kelimanya yakni Arsyad bin Dahlan (42) selaku juragan, Arizal Kastamiran (29), La Baa (32), Riswanto bin Hayono (27), dan Edi bin Lawalopo (53).
Dan belum lama ini ada kabar dari salah satu keluarga korban nelayan Indonesia yang diculik.
Ada salah satu korban penculikan yang masih berusia di bawah umur atau lebih tepatnya masih berusia 11 tahun.
Mohamad Khairuddin (11) diketahui juga menjadi korban penculikan nelayan Indonesia di peraira Malaysia baru-baru ini.
Diketahui bocah berusia 11 tahun itu sedang mengikuti pamannya yang menjadi salah satu kru kapal berbendera Malaysia tersebut.
Mendapati ada warga negara Indonesia yang menjadi korban penculikan teroris Abu Sayyaf, Menkopolhukam bereaksi.
Mahfud MD mencurigai ada unsur kesengajaan di balik semua kasus penculikan nelayan Indonesia tersebut.
Kecurigaan itu muncul bukan begitu saja melainkan melihat beberapa kasus penculikan yang hampir sama sebelum-sebelumnya.
Dan terakhir kasus penculikan nelayan yang bekerja sebagai kru kapal asal Malaysia 16 Januari lalu.
Dilansir dari Kompas.com, menurut Mahfud MD, setiap ada penculikan terjadi, tidak ada warga negara Malaysia yang menjadi korban.
Padahal kapal yang menjadi sasaran oleh kelompok teroris yang berbasis di Filipina itu berbendera Malaysia.
“Memang ada kecurigaan kita, ini setiap orang diculik itu selalu di kapal Malaysia. Dan orang Malaysia-nya dipulangkan, orang Indonesia-nya diculik,” kata Mahfud di Menara Kompas, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (30/1/2020), mengutip dari Kompas.com.
Berdasar kecurigaan tersebut, Mahfud MD menyampaikan hal itu pada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Hal itu berkaitan dengan desakan agar Malaysia bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada WNI di perairan mereka.
Hal itu juga disampaikan Mahfud ketika bertemu dengan Menteri Pertahanan Malaysia Mohamad Sabu.
“Saya bilang, ‘Indonesia itu punya rasa tidak nyaman lho dengan pertahanan Malaysia. Kenapa? Setiap kali kami membebaskan orang yang diculik Abu Sayyaf itu selalu diculik lagi dan itu berada di perairan anda’,” ujar dia yang mengutip dariKompas.com.
Diketahui, sebelum terjadi penculikan lima WNI yang menjadi kru kapal ikan milik Malaysia pada awal tahun ini, sudah ada beberapa kasus hampir sama.
Sebelumnya, tiga orang WNI juga diculik ketika tengah mencari ikan di perairan Lahad Datu, Malaysia, pada September 2019.
Ketiganya adalah Maharudin Lunani (48) dan anaknya, Muhammad Farhan (27), serta kru kapal Samiun Maneu (27).
Mereka berasal dari Baubau dan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Namun, kini mereka telah bebas. (*)