Beberapa hari setelah Prema mencapai titik terendahnya, seorang tak dikenal muncul tanpa diduga—yang belakangan mengakhiri keputusasaan Prema.
"Saya tahu Prema dari teman saya, Prabhu, yang punya pabrik batu bata di area itu," kata Bala Murugan.
Kisah perjuangan Prema mengingatkan Bala pada masa-masa kelam keluarganya. Bala tahu persis betapa kemiskinan bisa mendorong orang ke jurang depresi.
"Saat saya berumur 10 tahun, keluarga saya kehabisan makanan. Ibu saya menjual buku-buku dan koran bekas yang harganya ditentukan oleh berat di timbangan. Uangnya dibelikan nasi," tuturnya.
Dalam kondisi patah arang, ibu Bala ingin mengakhiri hidupnya dan keluarganya.
Bala mengingat bagaimana ibunya menjajarkan dia dan adik-adik perempuannya. "Ibu saya menenggak beberapa pil dan, ketika adik saya hendak menelan pil-pil itu, ibu saya menghentikannya."
Ibu Bala berubah pikiran pada saat-saat akhir.
Keluarga Bala lantas melarikan sang ibu ke seorang dokter yang berhasil menyelamatkan hidupnya.
Seusai insiden itu, dan setelah bertahun-tahun berjuang, Bala mampu keluar dari lingkaran kemiskinan dan kini memiliki sebuah pusat grafis komputer.