"Untuk mengobati ruam-ruam itu, aku meminum tablet, tetapi urticaria aquagenic semakin parah seiring bertambahnya usia, sehingga obat itu tak lagi berfungsi padaku," tambahnya.
Tessa dan ibunya itu menyadari kondisi langka tersebut setalh meneliti gejalanya melalui internet.
Sejak saat itu, ibunya menjadi dokter pribadi Tessa.
Karena kondisi ini sangat langka, data untuk melakukan perawatan terhadap seorang penderita sangatlah terbatas.
Mahasiswi itu kini mengonsumsi sembilan tablet anthistamin setiap harinya untuk mengurangi gejalanya.
"Menderita urticaria aquagenic kadang-kadang bisa menjadi permainan mental, sulit rasanya untuk mengonsumsi 9 tablet setiap hari dan mengetahui fakta bahwa hal tersebut tak akan pernah berakhir," ujar Tessa.
"Pada satu waktu, saya meminum 12 tablet sehari, saat ini saya hanya minum 9 tablet," tegasnya.
"Aku sering diingatkan bahwa tidak ada obat untuk urticaria aquagenic dan aku tidak akan pernah menjadi lebih baik adalah hal yang sangat sulit untuk didengar," jelasnya.
Terlepas dari tantangan yang dihadapinya setiap hari ini, Tessa bertekad untuk tidak membiarkan kondisinya ini mengendalikan seluruh hidupnya.