Sosok.ID - "Saya menyiapkan oksigen bagi masyarakat di kota ini", Tutur Seorang Kakek yang tinggal di tepi sebuah hutan di tengah Kabupaten Kutai Kertanegara yang dikutip dari Kompas.com.
Kakek Suhendri (78), mungkin salah satu pahlawan lingkungan masa kini.
Ia bahkan tak mengharapkan sepeser uang pun dari apa yang telah ia kerjakan bertahun-tahun tersebut.
Hanya ingin melihat rindangnya pepohonan berjejer tepat di tengah kota yang telah ia tinggali sejak tahun 1971 tersebut.
Dilansir dari Kompas.com, Kamis (31/10/19), Suhendri adalah orang yang murah senyum.
Bahkan baru saja sampai, ia langsung mendatangi tamunya dan memberikan salam hangat serta mempersilahkan duduk sang tamu.
Dibalik kehangatannya tersebut, suami dari Nenek Junarsa (80) ini telah rutin menanam pohon sejak tahun 1986 tepat di tengah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Awalnya, Suhendri datang ke Kalimantan Timur pada tahun 1971 untuk mengadu nasib diperantauan.
Saat itu ia ikut membangun asrama milik perusahaan kayu saat sedang marak penebangan pohon karena bisnis kayu sedang naik daun.
Dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri kayu ditebang, berhektar-hektar hutan gundul tanpa sisa.
Dari situ timbul rasa ingin merawat hutan untuk masa depan bersama karena apa yang telah ia lihat tersebut.
"Dari situ muncul motivasi. Saya akan merawat hutan. Saya kemudian beralih jadi petani tapi garap lahan orang lain," ujar dia, dikutip dari Kompas.com.
Ia sempat menjadi menjalani pekerjaan sebagai petani di lahan orang hingga pernah ia diusir karena beberapa alasan.
Melihat ada peluang untuk memiliki tanah sendiri untuk digarap sebagai mata pencaharian sekaligus hutan buatan.
Suhendri memberanikan diri untuk menyicil sebidang tanah di tengah kota Tenggarong.
Saat itu pada tahun 1979 ia membeli sebidang tanah tersebut dengan harga Rp 100.000.
Agar ia bisa menabung dan memberi sebidang tanah lagi untuk dijadikan hutan kota, ia menggunakan konsep pertanian Agroforestri.
Yakni menyandingkan tanaman pertanian dengan pepohonan besar layaknya di hutan lindung.
Hingga pada tahun 1986 ia memulai menanam 1.000 bibit pohon yang terdiri dari kayu damar, meranti, kapur, pinus, kayuputih, uli dan sengon.
Sedang komoditi pertanian yang ia hasilkan dari sistem Agroforestri tersebut seperti lombok, sayuran hingga buah-buahan.
Ia mencari bibit pohon tinggi tersebut dari Bogor, Jawa Barat yang pada kala itu.
Dan apa yang telah kakek Suhendri lakukan selama 33 tahun ini telah membuahkan hasil yang cukup memuaskan.
Ia telah sukses membentuk hutan seluas 1,5 hektar di tengah kota Tenggarong yang kini bisa dinikmati hasilnya bukan hanya untuk pasangan kakek Suhendri dan nenek Junarsa tersebut.
Namun juga bisa dinikmati masyarakat seluruh kota Tenggarong, Ibu kota Kabupaten Kukar, bahkan provinsi Kalimantan Timur.
Suhendri mengaku pernah ditawari Rp 10 miliar oleh seorang pembeli agar menjual tanah 1,5 hektar itu.
Namun ia berikukuh untuk tetap mempertahankan hutan yang telah ia rintis lebih dari 30 tahun lalu.
"Banyak yang datang mau beli, tapi saya tidak mau. Apalagi mau bikin perumahan, saya tidak mau, lingkungan rusak," ungkap Suhendri saat berada di kediamannya, dikutip dari Kompas.com, Kamis (31/10/2019).
Kini hutan tengah kota ini jadi tempat penelitian mahasiswa.
Banyak dikunjungi orang, bahkan hutan tengah kota ini pernah menjadi lokasi penelitian skripsi mahasiswa asal Jepang.
Suhendri juga sering mendapat penghargaan dari berbagai pihak karena hutannya.
Apa yang telah ia hasilkan tersebut tidak akan pernah ia jual, bahkan ia berharap ada orang yang mau merawat hutan tersebut meski bukan dari keluarga mereka.
"Saya tidak jual. Saya harap ada orang yang bisa melanjutkan merawat hutan ini meski pun bukan keluarga saya,” harap Suhendri, dikutip dari Kompas.com.
Kini Suhendri bersama Junarsa bermukim di tepi hutan miliknya, mereka bermaksud untuk menjaga hutan yang telah ia pagari keliling menggunakan kayu. (*)