Atau paling tidak ditempatkan di daerah yang dekat dengan keluarganya.
Tetapi, hal tersebut tidak berlaku bagi dr Soeko yang terus bersikeras untuk tetap mengabdi di pedalaman Papua.
Baca Juga: Capek Dengar Hakim Baca 175 Halaman Vonis Penjara Seumur Hidup, Prada DP Merem Melek Nahan Kantuk
"Itu luar biasa, beliau mau mengabdi di daerah yang sulit di usianya sekarang 53 tahun. Biasanya orang sudah meminta di kota, dia masih meminta untuk bertahan di daerah yang terisolir," kata Silwanus, dikutip dari Kompas.com.
Namun sayang, pengabdiannya untuk menjadi petugas kesehatan harus terhenti pada 23 September 2019 kemarin.
Orang yang dikenal ramah dan murah senyum tersebut menjadi salah satu korban dari kerusuhan di Wamena.
Sebelum meninggal dr Soeko sempat mendapatkan penanganan medis di RSUD Wamena.
Baca Juga: Kisah Kaisar China yang Nekat Korbankan 6000 Gadis Perawan Demi dapatkan Ramuan Hidup Abadi
Dengan meninggalnya pahlawan kemanusiaan tersebut, menjadi duka bagi seluruh insan kesehatan di Papua.
Silwanus memastikan seluruh insan kesehatan di Papua akan memberikan penghormatan terakhir kepada dr Soeko sebelum jenazahnya akan dikembalikan ke pihak keluarga.
Ucapan duka atas meninggalnya dr Soeko Marsetiyo
"Ini betul-betul menjadi duka untuk dunia kedokteran, lepas dari semua persoalan yang ada, dalam pelayanan kesehatan kita tidak bicara politik, itu norma di dunia kesehatan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat kita tanpa memandang Anda dari golongan mana, yang utama itu keselamatan pasien," ujarnya, dilansir dari Kompas.com.