Sosok.ID - Kependudukan Indonesia atas Timor Timur, atau yang sekarang dikenal sebagai Timor Leste, berlangsung selama 24 tahun.
Indonesia menduduki Timor Leste sejak tahun 197 hingga tahun 1999.
Sejarah menuliskan, lebih dari 200 ribu nyawa melayang selama kependudukan tersebut.
Laporan PBB menyebutkan bahwa 60 ribu orang secara resmi mati di tangah Fretilin.
Adapun di masa kekacauan tersebut, saat masing-masing negara memperjuangkan apa yang menurut mereka benar, Indonesia memiliki seorang snipper andalan.
Kisah snipper itu bahkan ditorehkan dalam sebuah buku berjudul "Satu Peluru Satu Musuh Jatuh" karangan A Winardi.
Snipper legendaris yang diakui dunia itu adalah Tatang Koswara, seorang prajurit Indonesia kelahiran 12 Desember 1946 yang juga terlahir dari keluarga Brimob.
Tatang bergabung sebagai pasukan TNI AD, mengikuti jejak ayahnya yang juga mengabdi untuk militer dan Indonesia.
Nama Tatang sendiri didapatkan dari sang kakek, ia bernama asli Habib Abdurrahman.
Dalam perjalanan karir militernya, Tatang pernah ditugaskan di sejumlah daerah konflik, salah satunya Timor Timur.
Satu di antaranya di Timor Timur yang kini menjadi Timor Leste.
Buku "Satu Peluru Satu Musuh Jatuh" yang diterbitkan Kompas tahun 2015 itu, mengulas kehebatan Tatang dalam pertempuran Timor Timur 1977.
Dengan berbekal senapan serbu AK-47, obat-obatan, radio komunikasi, teropong siang dan malam, serta senjata kesayangannya Winchester M-70 berperedam suara, yang dilengkapi 50 butir peluru berkaliber 7.62 mm berwarna putih, tak satupun tembakan Tatang meleset dari kepala musuh.
Dalam pertempuran itu, Tatang ditemani oleh seorang spotter yang bertugas sebagai partner yang juga memiliki kemampuan snipper.
Malah spotter Tatang Koswara adalah seorang perwira, yaitu Letnan Ginting dari Kopassus.
Saat akan bertempur dengan Fretilin atau faksi pro kemerdekaan Timor Leste, Tatang Koswara dan Letnan Ginting memilih pinggir tebing curam sebagai tempat persembunyian.
Tempat persembunyian itu dipilih sendiri oleh Tatang Koswara, meskipun awalnya Tatang Koswara meminta usulan dari Letnan Ginting untuk menghormati statusnya yang seorang perwira, pangkat lebih tinggi dari Tatang yang seorang Sertu dari Bintara.
Saat itu, Letnan Ginting menyarankan agar bersembunyi di sebuah tempat yang tinggi. Namun, usulan itu ditolak Tatang Koswara.
Siapa sangka, tempat yang dipilih Letnan Ginting benar-benar didatangi pasukan Fretilin.
Dengan jarak hanya sekitar 50 meter dari ratusan pasukan Fretilin yang sedang beroperasi, Tatang Koswara menghubungi Kolonel Edi Sudrajat, meminta bantuan agar Kolonel Edi yang sedang berpatroli menyerang Fretilin.
Begitu perhatian musuh terpecah, Tatang Koswara pun beraksi.
Sejumlah peluru dia mentahkan dari tempat persembunyian.
Luar biasanya, semua tembakan Tatang menghantam kepala musuh pada jarak 300 hingga 600 meter, dan musuh sama sekali tak tahu di mana lokasi persembunyian Tatang dan Letnan Ginting.
Terkejut dengan kepiawaian Tatang memegang senapan, Letnan Ginting diam-diam meneropong dan menghitung sasaran yang berhasil dilumpuhkan Tatang dalam misi tempur di Remexio, Timor Timur itu.
Menurut Letnan Ginting, sedikitnya ada 49 musuh berhasil dirobohkan oleh Tatang Koswara.
Letnan Ginting menyaksikan bagaimana komandan musuh yang sedang naik kuda, dan sibuk memerintah tiba-tiba terjatuh akibat tembakan jitu Tatang Koswara yang menghantam kepalanya.
Tatang Koswara dari jarak 900 meter juga berhasil menembak seorang pasukan gerilyawan Fretilin yang membawa radio, dan berusaha melakukan komunikasi.
"Letnan Ginting hanya bisa geleng-geleng kepala melihat aksi tempur Tatang dengan mata kepalanya sendiri," tulis A Winardi dalam bukunya.
Dari 50 peluru yang dibawa Tatang pada misi tersebut, 1 sisanya dia simpan untuk menembak dirinya sendiri.
Hal ini dilakukan Tatang untuk mengantisipasi jika aksinya ketahuan musuh.
Diduga, ketimbang mati di tangan musuh dengan risiko segala informasi rahasia harus dibocorkan sebelum kematiannya, Tatang memutuskan akan membunuh dirinya sendiri.
Beruntung, Tatang Koswara selamat dalam penugasan di Timor Timur.
Tatang yang pernah dinobatkan sebagai snipper terbaik ke-13 di dunia, menghembuskan nafas terakhirnya pada 2 Maret 2015 silam.
(*)