Bersebelahan dengan Indonesia, Negara Ini Disebut Berhasil Tekan Angka Penyebaran Covid-19, Tapi Justru Buat Terpuruk dan Sulit Lepas dari Cap Sebagai Negara Miskin Sampai 2030

Selasa, 15 Desember 2020 | 07:15
KOMPAS/EDDY HASBY

(ilustrasi) Bersebelahan dengan Indonesia, Negara Ini Disebut Berhasil Tekan Angka Penyebaran Covid-19, Tapi Justru Buat Terpuruk dan Sulit Lepas dari Cap Sebagai Negara Miskin Sampai 2030

Sosok.ID-20 tahun sudah Timor Leste merdeka sebagai sebuah negara, namun hal itu tak buat keluar dari masa-masa sulit.

Ditambah lagi terjangan gelombang penyakit yang disebabkan dari pandemi virus corona atau covid-19 yang melanda dunia.

Hal itu memperburuk keadaan Timor Leste sampai detik ini.

Tak sampai disitu,Timor Leste juga mengalami konflik lama antara dalam bidang politik.

Baca Juga: Dulu Ngotot Voting Demi Bisa Merdeka Jadi Negara Sendiri, Kini Timor Leste Terima Imbasnya dan Merengek Minta Balik ke NKRI, Denny Siregar: Percaya Gombalan Austalia Sih!

Yakni permasalahan antara mantan Perdana Menteri Mari Alkatiri dengan Xanana Gusmao menimbulkan perombakan parlemen.

Penurunan belanja pulik pun anjlok drastis setelah anggaran politik disetop sejak tahun 2018.

Melansir dariEastAsiaForum, situasi politik pada tahun 2020 di Timor Leste, diawali dengan runtuhnya koalisi Gusmao dan partai Fretilin.

Diketahui Mari Alkatiri bergabung dengan pemerintaha pada Juni 2020.

Baca Juga: Kebencian pada Indonesia bak Sudah Mendarah Daging, Politikus Malaysia Cemooh BJ Habibie Ingin Bubarkan NKRI karena Kasus Timor Leste

Sedangkan pemerintah kini sejajar dengan mayoritas parlemen dan mendapat dukungan presiden.

Apa yang terjadi di tingkat elite ini menjadi awal dari stabilitas yang lebih baik, dan ketidakpastian politik mulai berkurang, meski situasinya masih rapuh.

Alhasil negara tetangga Indonesia mengalami peningkatan ekonomi tahunan sebesar 3% dalam beberapa tahun terakhir.

Namun hal itu disebut masih sangat rendah dan diperkirakan akan tetap bertahan sampai beberapa tahun mendatang.

Hal ini sangat jauh dari harapan Timor Leste untuk menjadi negara berpenghasilan menengah pada tahun 2030.

Padahal niat ini sudah direncanakan dalam Rencana Pembangunan Strategis Timor Leste, di mana masih banyak rakyatnya hidup di bawah garis kemiskinan.

Setidaknya selama dua dekade ini Timor Leste tak pernah lepas dari cap sebagai negara miskin di dunia.

Baca Juga: 100 Ribu Warga Sampai Lari ke Perbatasan NKRI Cari Perlindungan, Timor Leste Pernah Luluh Lantak di Tangan Sosok Ini Hingga Nyaris Kehilangan Presiden

Meski saat ini Timor Lesteberhasil menangani pandemi Covid-19 dengan baik, tetapi tetap saja tak begitu berpengaruh.

Meskipun ada banyak kasus dilaporkan, namun jarang ada kematian terjadi.

Sektor kesehatan memiliki standar yang cukup baik, peningkatan secara luas, dianggap sebagai pencapaian untuk negara yang baru merdeka ini.

Termasuk apabila ada perubahan dalam status kesehatan di negara tersebut akibat pandemi, disebut bahwa negara ini tak bakalterpengaruh banyak.

Rata-rata usia penduduk Timor Leste 17 tahun dan sekitar 40 persen populasi berusia 15 tahun, membuatnya menjadi negara dengan populasi termuda di dunia.

Namun, bukan berarti Timor Leste akan dengan mudah memenuhi harapannya pada tahun 2030 mendatang.

Pandemi telah mengganggu jaringan produksi dan perdagangan internasional.

Timor Leste telah terlindung dari pengaruh-pengaruh ini karena tidak diintegrasikan ke dalam ekonomi global.

Baca Juga: Nasib Rakyatnya Amburadul Pasca Lepaskan Diri dari NKRI 18 Tahun Silam, Timor Leste Sempat Dimanjakan Kemewahan Ini Saat Masih Jadi Bagian Indonesia

Pertanian subsisten mendominasi mata pencaharian dan kurang dari 30 persen dari semua pekerjaan berbasis upah.

Industri modern terdiri dari sektor publik dan proyek infrastruktur yang dibiayai publik.

Tidak ada perusahaan manufaktur atau multinasional besar di pulau itu.

Pariwisata masih menunggu untuk dikembangkan dan ekspor nonmigas terdiri dari kopi dalam jumlah sedang.

Kurangnya sektor modern ini merupakan masalah utama paling tidak karena angkatan kerja Timor Leste yang meningkat berarti ada permintaan yang mendesak untuk pekerjaan.

Dampak ekonomi utama Covid-19 akan datang dari bagaimana krisis memengaruhi harga minyak dan pasar saham.

Saat ini Timor Leste sangat bergantung pada minyak dan gas alam, yang menyumbang 90 persen pendapatan pemerintah yang menakjubkan.

Pendapatan ini diinvestasikan melalui Dana Perminyakan di pasar saham asing dan pengembaliannya digunakan untuk pengeluaran publik, yang mencapai sekitar 70 persen dari PDB salah satu tingkat tertinggi di dunia.

Baca Juga: 80% Penduduknya Miskin dan Buta Huruf, Sebenernya Timor Leste Negara Kaya, Malaysia Ungkap Sumber Harta Diluar Minyak yang Harusnya Bisa Diolah Bumi Lorosae

Padahal harga minyak di pasar global saat ini mengalami penurunan yang imbasnya langsung dirasakan juga oleh menurunnya belanja publik Timor Leste.

Harga minyak telah turun sekitar 40 persen sejak awal tahun tetapi pasar saham global setelah penurunan awal dan rebound cepat belum terlalu terpengaruh oleh Covid-19.

Tetapi, penurunan yang lebih besar tidak dapat dikesampingkan karena krisis masih berlanjut dan potensi risiko yang serius terletak pada penarikan dana pemerintah yang berlebihan dari Dana Perminyakan.

Banyak pengamat memperkirakan bahwa itu bisa habis dalam satu dekade.

Investasi besar dapat dibenarkan jika pengembalian investasi tersebut tinggi.

Namun juga ada dampak lainnya, investasi disalurkan ke dua proyek industrialisasi besar dengan tingkat pengembalian yang sangat tidak pasti.

Pertama, Mari Alkatiridiketahui mengelola kawasan industri di Oecusse, daerah kantong Timor Timur yang terletak di Indonesia tanpa berbatasan dengan bagian lain Timor Leste.

Baca Juga: 18 Tahun Terus Dihantui Kemiskinan Sejak Merdeka dari NKRI, Timor Leste Habis Diporoti Pejabatnya Sendiri,Belum Dilantik Saja Sudah Terendus Jadi Koruptor

Tak ada alasan kuat untuk mengejar rencana ambisius pemerintah dalam mengembangkan penelitian, pariwisata, keuangan, dan logistik di sana.

Proyek kedua bahkan lebih besar. Klaster industri Tasi Mane di pantai Selatan dipimpin oleh Gusmao, berpotensi menguras Dana Perminyakan.

Rencana awal, cluster petrokimia akan dibangun untuk mengolah gas alam dari Laut Timor.

Diasumsikan bahwa investor swasta akan melengkapi investasi besar pemerintah di pelabuhan, jalan, dan bandara.

Baca Juga: Tiap Tetes Peluh Perjuangan Merdeka dari NKRI Terasa Percuma, Timor Leste Nyatanya Bikin Pemudanya Kudu Minggat dari Negara Sendiri Demi Bisa Makan

Namun sejauh ini belum ada investasi swasta yang terwujud.

Masuk akal dan mungkin mungkin, Timor Leste akan keluar dari pandemi dengan dampak kerusakan yang lebih ringan daripada banyak tetangganya.

Sejauh ini, negara tersebut telah mencegah pandemi untuk mendapatkan pijakan di pulau itu dan perekonomiannya relatif kurang rentan terhadap gejolak ekonomi global.

Tetapi pandemi atau tidak ada pandemi, perkembangan masa depan negara tampak sangat tidak pasti.

(*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : intisari-online.com, East Asia Forum

Baca Lainnya