Padahal Presiden yang Sekarang Musuh Besarnya, Tapi China Ogah Beri Ucapan Selamat kepada Joe Biden, Lebih Suka Donald Trump?

Selasa, 10 November 2020 | 16:13
Kolase Tribunnews via GridStar.ID

Donald Trump dan Joe Biden.

Sosok.ID - Joe Biden telah memenangkan pemilihan Amerika Serikat (AS) setelah mengantongi 290 suara elektoral.

Tetapi China, menolak memberi selamat kepada Joe Biden.

Dikutip dari The Hindu, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan kemenangan Biden harus mendapat dukungan hukum.

"Pemahaman kami adalah bahwa hasil pemilu akan ditentukan sesuai dengan hukum dan prosedur AS."

Baca Juga: Keok 'Dihajar' Kemenangan Joe Biden di Pilpres AS,Trump Diisukan Ogah Angkat Kaki dari Gedung Putih, sang MantuTurun Tangan Bujuk Mertua Terima Nasib

China pada Senin (9/11/2020) menolak memberi selamat kepada Joe Biden sebagai pemenang pemilihan Presiden AS, dengan mengatakan hasil pemungutan suara Amerika harus ditentukan oleh hukum dan prosedur negara.

China belum memberikan reaksi resmi atas kemenangan Biden dan wakilnya Kamala Harris, dalam pemilihan presiden 3 November.

Namun media resmi di Beijing diketahui telah memberikan komentar tentang pemilihan mereka.

China adalah salah satu dari sedikit negara yang belum membuat pernyataan atas kemenangan Biden.

Baca Juga: Pemeluk Islam di AS Berterima Kasih, Joe Biden Akhiri Larangan Muslim Inkonstitusional Trump di Hari Pertama Masa Kepresidenan

"Kami telah memperhatikan bahwa Biden menyatakan dia adalah pemenang pemilihan. Pemahaman kami adalah bahwa hasil pemilu akan ditentukan sesuai dengan hukum dan prosedur AS," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.

Ditanya kapan China akan membuat pernyataannya atau akan menunggu sampai Presiden Donald Trump membuat pendiriannya jelas, Wang berkata, "Kami akan mengikuti praktik kebiasaan internasional."

China adalah di antara beberapa negara besar termasuk Rusia dan Meksiko yang belum memberi selamat kepada Presiden terpilih.

Sementara Trump dari Partai Republik telah menolak untuk mengakui kekalahannya.

Baca Juga: Joe Biden Terpilih Tanda 'Bahaya' untuk Indonesia, Dahlan Iskan Soroti Kemerdekaan Papua, Ekonom Senior Singgung Kelengseran Soeharto

Trump hingga saat ini masih bersikukuh bahwa dia adalah pemenang pemilu 2020.

Disinggung mengenai hubungan China-AS yang telah menyentuh titik terendah di bawah pemerintahan Trump, Wang pun angkat suara.

"Kami selalu menganjurkan agar China dan AS harus meningkatkan komunikasi dan dialog, mengelola perbedaan atas dasar saling menghormati, memperluas kerja sama atas dasar saling menguntungkan dan mempromosikan perkembangan China-AS yang sehat dan hubungan stabil," katanya.

Dia menangkis sejumlah pertanyaan, termasuk bagaimana rencana China untuk menangani negosiasi perang dagang yang diluncurkan oleh Trump.

Baca Juga: Ketergantungan Uluran Tangan Pemerintahan Trump, Taiwan Gemetar Takut Kehilangan Dukungan AS Usai Biden Tepilih

Dia, bagaimanapun, lebih terbuka tentang kemenangan Kamala Harris sebagai wanita pertama yang terpilih sebagai Wakil Presiden.

Wang diingatkan tentang pernyataan Presiden China Xi Jinping yang menyerukan kesetaraan gender yang lebih besar dalam konferensi PBB baru-baru ini tentang wanita.

Dimintai komentar tentang Harris, Wang mengutip pepatah China yang menyatakan wanita memegang separuh langit.

"Di China, ada pepatah mengatakan bahwa wanita memegang setengah dari langit. China telah berkomitmen untuk mewujudkan kesetaraan gender dan memajukan pembangunan perempuan di seluruh dunia, ”katanya.

Baca Juga: Trump Dikabarkan Menolak Keluar dari Gedung Putih, Analis Sebut 11 Pekan Terakhir Masa Jabatan sang Presiden Bakal Jadi Periode Paling Berbahaya dalam Sejarah AS

"Empat tahun Trump berkuasa adalah fase terburuk di China-AS."

China menganggap Trump sebagai Presiden AS yang paling sulit dipahami.

"Hubungan saat Partai Komunis China yang berkuasa yang dipimpin oleh Presiden Xi berjuang untuk menangani apa yang menurut para pejabat China sebagai pemimpin Amerika yang paling sulit dipahami dan tidak dapat diprediksi sejak mantan Presiden AS Richard Nixon pada tahun 1972 menjalin hubungan dengan negara Komunis. "

Trump mendorong secara agresif semua aspek hubungan AS-China, termasuk dengan perang dagangnya yang tiada henti.

Trump juga menantang cengkeraman militer China di Laut China Selatan yang disengketakan, ancaman terus-menerus terhadap Taiwan, dan mencap virus korona sebagai 'virus China' setelah muncul dari Wuhan pada Desember tahun lalu.

Baca Juga: Sudah Jatuh Ketiban Tangga, Harga Dirinya Bonyok Diinjak Usai Kalah dari Joe Biden, Kini Donald Trump Terima Nasib Diceraikan Melania?

“Kepemilikan Biden dapat mengantarkan pada periode penyangga untuk China-AS yang sudah tegang," kata para ahli, mengutip media resmi China via The Hindu.

"Hubungan dan menawarkan kesempatan untuk terobosan dalam melanjutkan komunikasi tingkat tinggi dan membangun kembali saling kepercayaan strategis antara kedua negara," lanjut laporan tersebut.

Global Times mengatakan, Biden yang memasuki Gedung Putih diharapkan bakal memberikan kesempatan untuk terobosan dalam melanjutkan komunikasi tingkat tinggi dengan China.

Beijing juga ingin Biden membangun kembali kepercayaan strategis timbal balik antara dua negara besar tersebut. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Global Times, The Hindu

Baca Lainnya