Sosok.ID - Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) merencanakan pembangunan Tol Trans Jawa Probowangi (Probolinggo-Banyuwangi) akan tersambung dengan Tol Gilimanuk-Tabanan pada 2021 mendatang.
Namun rencana tersebut dengan tegas ditolak oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana.Bupati Jembrana I Putu Artha mengaku belum mengetahui sepenuhnya rencana pembangunan tol yang akan menghubungkan Pulau Jawa dan Bali itu.
Tetapi Bupati Artha memastikan akan menolaknya.
Menurutnya pembangunan jembatan penyambung antara Ketapang-Gilimanuk tersebut menyangkut konektivitas jalur penyeberangan Banyuwangi-Gilimanuk.
"Kita pasti menolak. Itu juga bagian dari aspirasi masyarakat Bali dan sejumlah tokoh atau elemen masyarakat," kata Artha, Rabu (22/1), usai menggelar jumpa pers dengan awak media di Kelurahan Batuagung, Jembrana.
Apakah ini ada kaitannya dengan kekhawatiran tingkat kejahatan yang meningkat di Bali? Artha menyebut itu menjadi salah satunya.
“Ya, tingkat kriminalitas juga bisa menjadi salah satunya kenapa kita menolak,” tandasnya.
Selain itu, Artha juga mempertanyakan apakah pembangunan tol penghubung itu akan berdampak secara ekonomi atau akan membuat kehidupan masyarakat Jembrana lebih layak.
Menurutnya, hal ini tentu masih perlu kajian.
Baca Juga: Terekam CCTV Menginap 2 Hari di Hotel Bersama Napi Korupsi, Artis Ini Diam-diam Dipanggil KPK
"Sekarang adanya ASDP (Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) saja, kita tidak pernah mendapat keuntungan apapun," tegas Artha.
Tol Lingkari Bali
Sebelumnya, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Danang Parikesit mengungkapkan Tol Trans Jawa bakal terkoneksi dengan Tol Gilimanuk-Tabanan di Bali.
Dikatakan, nantinya akan ada tol melingkari Pulau Bali. Trasenya dimulai dari Tol Gilimanuk-Tabanan yang akan terhubung dengan jaringan Tol Trans Jawa yakni Tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi).
"Ya kira-kira akan begitu logikanya kan. Apalagi kita juga mengharapkan dia juga nyambung dengan Tol Bali Mandara," kata Danang Parikesit di Kantor Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Jakarta, Selasa (21/1).
Dia menjelaskan Tol Bali Mandara yang saat ini sudah beroperasi, membutuhkan dukungan infrastruktur lain untuk bisa berkembang.
Jika tidak, maka tol tersebut terancam sepi peminat.
"Karena Bali Mandara ini jalan tol yang sangat tergantung pada proyek-proyek pemerintah. Kalau jalan alternatif tidak diperbaiki kan traffic-nya drop," imbuhnya.
Danang memang belum memberikan detail trase Tol Gilimanuk-Tabanan ini.
Namun yang jelas, dia menegaskan rencananya tol tersebut akan menjadi penghubung penting antar wilayah pesisir Bali.
"Itu kan dari Tabanan dulu kemudian ke daerah Denpasar. Jadi itu akan nyambung, kemungkinan besar kan merupakan sabuk Pulau Bali," urainya.
Saat ini, proyek tersebut masih dalam tahap studi kelayakan.
Danang menyebut, setidaknya perlu waktu delapan bulan untuk menyelesaikan studi kelayakan tersebut sebelum ditentukan pemberian izin prakarsa.
Pihaknya menargetkan pada akhir tahun 2020 ini proyek ini sudah mendapatkan kepastian untuk berlanjut ke proses tender atau tidak.
"Sekarang ini dokumennya ada di Ditjen Pembiayaan Infrastruktur untuk proses studi kelayakannya. Kalau memang itu disetujui nanti pasti tugas kami untuk kita tenderkan," katanya.
Tribun Bali kembali mengkonfirmasi terkait rencana ini kepada Danang, Kamis (23/1).
Danang membenarkan, namun ketika ditanya masterplan dirinya enggan berkomentar banyak.
“Kalau masterplannya, sebaiknya ditanyakan juga ke PUPR Bali atau Dishub Bali karena prinsipnya kami mendukung rencana pembangunan daerah Bali,” katanya.
Ditambahkan bahwa rencana pembangunan tol ini sudah mendapat dukungan dari pemprov.
“Prakarsa (inisiatif) dari badan usaha yang tentunya sudah mendapatkan endorsement (dukungan) dari pemprov, dan diusulkan ke PUPR,” tambah Danang.
Biar Tak Ramai
Namun saat dikonfirmasi kemarin sore, Kepala Dinas PUPR Bali, I Nyoman Astawa Riadi, menyatakan belum berani berkomentar banyak mengenai rencana penyambungan Tol Trans Jawa dengan Tol Gilimanuk-Tabanan ini.
"Sebaiknya jangan diberitakan dulu sebab kami masih fokus ke pekerjaan yang segera-segera dulu," kata Astawa saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Ditanya apakah BPJT Kementerian PUPR sempat berkonsultasi dengan Dinas PUPR Provinsi Bali terkait rencana tersebut, Astawa belum menjawab secara tegas.
Baca Juga: Duel Ayam Sampai Mati, Bukan dapat Pemenang, Seorang Pria Justru Tewas Diterjang Jagoannya Sendiri
"Mungkin ke Pak Gubernur sempat dikoordinasikan.
Karenanya jangan dulu diberitakan sebab mungkin Pak Gubernur mau fokus di mana dulu sekarang. Biar tidak ramai," ujarnya.
Sebelumnya, sejumlah media online nasional sudah ramai memberitakan rencana Tol Trans Jawa yang disambung dengan Tol Gilimanuk-Tabanan di Bali.
Bahkan wacana ini kini menjadi isu hangat di media-media sosial.
Wacana pembangunan tol penghubung Ketapang-Gilimanuk ini sebenarnya ulangan dari rencana pembangunan jembatan Jawa-Bali beberapa tahun lalu.
Rencana itu gagal karena ditolak masyarakat Bali.
Alasan penolakan karena mengantisipasi kepadatan penduduk dan meningkatnya tindak kriminalitas.
Selain itu adanya kepercayaan umat Hindu di Bali mengenai cerita Mpu Sidi Mantra, yang menyebutkan Pulau Jawa dan Bali tidak boleh disambungkan.
Bila disambung maka akan terjadi malapetaka buat warga Bali.
"Awya angatepaken Jawa muang Bali, yan atep Jawa Muang Bali, rusak ikanang Bali pulina stananing hyang (Jangan sekali-sekali menyatukan Bali dengan Jawa. Kalau disatukan Bali akan rusak)," kata Ketua PHDI Bali, Prof. Dr I Gusti Ngurah Sudiana, beberapa waktu lalu.
Menurut Prof Sudiana, Jawa adalah pulau untuk politik dan Bali sebagai stana dewa, sehingga tidak boleh disambung antara Jawa dan Bali.
Ini merupakan bhisama dari Ida Mpu Sidhi Mantra. (ang/win)
Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul "Petaka Jika Bali dan Jawa Disambungkan, Bupati Jembrana Tolak Tol Ketapang-Gilimanuk, Ini Alasannya"