Itulah sebabnya Gajah Mada mempunyai perhatian khusus kepada raja itu yang memang leluhurnya.
Agus berpendapat, ayah Gajah Mada kemungkinan besar adalah Gajah Pagon yang mengiringi Raden Wijaya ketika berperang melawan pengikut Jayakatwang dari Kediri.
"Interpretasi selanjutnya, Gajah Pagon sangat mungkin anak dari salah satu selir Kertanegara," lanjut Agus.
Agus menganggap tidak mungkin Gajah Pagon orang biasa, sebab namanya disebut secara khusus di kitab Pararaton.
Disebutkan Raden Wijaya begitu mengkhawatirkan Gajah Pagon yang terluka dan dititipkan kepada seorang kepala desa.
"Kepala desa Pandakan saya titip seseorang, Gajah Pagon tidak dapat berjalan, lindungilah olehmu," kata Raden Wijaya dalam Pararaton.
Sangat mungkin menurut Agus jika Gajah Pagon kemudian menikah dengan putri kepala desa Pandakan dan kemudian memiliki anak, yaitu Gajah Mada.
"Jadi, Gajah Mada mungkin memiliki eyang yang sama dengan Tribhuwana Tungga Dewi. Bedanya Gajah Mada cucu dari istri selir, sedangkan Tribhuwana adalah cucu dari istri resmi Kertanegara," jelas Agus.
Lantaran hal tersebut, tak bisa dipungkiri ada kemungkinan Sumpah Palapa juga lahir karena konsepsi Dwipantra Mandala milik Kertanegara yang menginspirasi Gajah Mada.
(*)