Ketupat yang diantar ini sendiri memiliki arti sebagaisimbol kebersamaan dan lambang kasih sayang.
Lebaran ketupat memiliki filosofi, di mana kata "ketupat" atau "kupat" berasal dari istilah bahasa Jawa yaitu "ngaku lepat" (mengakui kesalahan) dan "laku papat" (empat tindakan).
Pada prosesi ngaku lepat biasanya dilaksanakan dengan tradisi sungkeman.
Sungkeman sendiri adalah seorang anak yang bersimpuh dan memohon maaf di hadapan orang tua atau orang yang dituakan.
Prosesi ngaku lepat ini juga dilakukan kepada tetangga, kerabat dekat maupun jauh hingga masyarakat muslim lainnya.
Lebaran ketupat diyakini merupakan tuntunan yang luhur untuk menjadi pribadi lebih baik.
Lebaran ketupat juga salah satu budaya keislaman di tanah Jawa yang tetap dipertahankan dan tidak punah.
(*)