Sosok.ID - Presiden Rusia Vladimir Putin telah memberi tahu bahwa tujuan perangnya di Ukraina adalah untuk “demiliterisasi dan denazifikasi” pemerintah Ukraina.
Putin mengklaim Ukraina telah melakukan "genosida" terhadap penduduk berbahasa Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk, yang secara kolektif dikenal sebagai Donbas, tempat tentara Ukraina memerangi separatis yang didukung Rusia sejak 2014.
Konflik meletus setelah pemberontak Ukraina merebut sebagian Donbas, dan mendeklarasikan diri sebagai Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk.
Konflik itu menewaskan sekitar 14.000 orang, termasuk tentara, warga sipil, dan pejuang pemberontak, yang kemudian disebut Putin sebagai genosida.
“Baunya genosida,” kata Putin pada tahun 2015 silam, seperti dikutip Sosok.ID dari Al Jazeera, Rabu (9/3/2022).
Meskipun gencatan senjata ditandatangani di ibu kota Belarusia, Minsk, akhir tahun itu, tembakan dan penembakan sesekali mengguncang wilayah tersebut selama tujuh tahun ke depan, sampai Moskow meluncurkan invasi yang dijuluki "operasi penjaga perdamaian" pada Februari 2022 lalu.
Rusia telah berargumen bahwa apa yang terjadi pada penduduk wilayah Donbas adalah genosida. Putin menyebut, Rusia memiliki tanggung jawab untuk turun tangan dan membantu mereka (separatis Ukraina).
“Kausalitas sipil massal dalam bentuk apa pun menuntut perhatian kita. Yang mengatakan, genosida membawa bobot tertentu karena kewajiban moral dan hukum masyarakat internasional untuk mencegahnya,” Alexander Hinton, direktur Pusat Studi Genosida dan Hak Asasi Manusia di Universitas Rutgers, mengatakan kepada Al Jazeera.
Definisi genosida
Istilah genosida diciptakan oleh pengacara Polandia-Yahudi Raphael Lemkin pada 1940-an, yang melobi PBB untuk mengakuinya sebagai kejahatan pada 1948.