MM Ansari, mantan komisaris informasi dan pendidik yang berbasis di New Delhi, menyebut laporan itu "mengkhawatirkan". "Ketakutan itu sangat nyata," katanya.
Pakar lain mengecam meningkatnya serangan terhadap vendor dan bisnis Muslim oleh kelompok supremasi Hindu.
Video para pemimpin agama Hindu yang menyerukan pembunuhan massal dan penggunaan senjata terhadap Muslim yang menjadi viral di media sosial bulan lalu mendorong Mahkamah Agung untuk memerintahkan penyelidikan atas ujaran kebencian di negara bagian Uttarakhand.
“Di bawah kepemimpinan BJP, India menjadi salah satu negara paling berbahaya bagi Muslim dan Kristen di dunia. Mereka dianiaya secara fisik, psikologis dan ekonomi,” tulis aktivis dan akademisi Apoorvanand dalam OpEd untuk Al Jazeera.
“Hukum sedang disahkan untuk mengkriminalisasi praktik keagamaan, kebiasaan makan, dan bahkan bisnis mereka.”
Syed Zafar Islam, juru bicara pemerintah Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa, menolak laporan Genocide Watch, dengan mengatakan "tidak ada hal-hal seperti yang digambarkan".
“Pertama-tama kesan yang mereka buat secara faktual tidak benar,” kata Islam, seraya menambahkan bahwa banyak contoh yang disorot oleh media jauh dari kenyataan.
“Ada kasus (penyerangan) tetapi tidak terbatas pada satu komunitas. Dalam masyarakat, terkadang kami saling menyerang karena alasan seperti sengketa properti atau sengketa lainnya. Hal ini tidak hanya terjadi antara Hindu dan Muslim saja, tetapi juga terjadi di antara umat Hindu,” katanya.
Muslim terdiri hampir 14 persen dari 1,4 miliar penduduk India, sementara umat Hindu masih membentuk hampir 80 persen dari populasi.
BJP Modi dan induk ideologisnya, sayap kanan Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), telah memperingatkan umat Hindu tentang konversi agama ke Islam dan Kristen, dan menyerukan tindakan untuk mencegah “ketidakseimbangan demografis” di negara berpenduduk terbesar kedua di dunia itu.