Lebih penting lagi dalam konteks keamanan saat ini, kemampuan menyerang kapal selam sesuai dengan keinginan TNI.
Agar bisa mendapat keuntungan lebih optimal, Indonesia seharusnya mencoba menempatkan diri agar mendapatkan kapal selam lebih besar dan lebih canggih yang menawarkan waktu lebih lama di stasiun dan kemampuan menggebrak lebih besar dari yang ada di armada saat ini.
Kapal selam harusnya bisa berlayar setidaknya 60 hari untuk menyelesaikan misi mereka.
Tipe kapal selam ini juga harus memiliki teknologi-teknologi kunci yang masih bisa dicapai secara politik dan finansial.
Contohnya dengan baterai lithium-ion, sistem komunikasi Frekuensi Sangat Rendah (VLF) atau peluncur rudal anti-kapal.
Mendapatkan kapal selam tipe ini bisa mendorong ketahanan, kekuatan dan keganasan armada kapal selam Indonesia.
Kedua, TNI AL memiliki kebanggaan menjadi salah satu operator kapal selam paling tua dan paling berpengalaman di wilayah Pasifik, dengan mengoperasikan kapal selam sejak 1959.
Ketiga, pembelian kapal selam penting untuk mempertahankan momentum perkembangan pembangunan kapal dalam negeri Indonesia.
Bertahun-tahun lamanya, produksi kapal selam dalam negeri dan pemeliharaan, perbaikan serta kemampuan bongkar pasangnya (MRO) telah termasuk sebagai program prioritas tujuh industri pertahanan Indonesia.
Kemajuannya telah didemonstrasikan oleh kemampuan perusahaan pembangunan kapal Indonesia, PT PAL yang baru saja membangun KRI Aluguro, kapal selam kelas Chang Bogo yang telah ditingkatkan kemampuannya.