Saksikan Pembunuhan Keji Tiada Henti, Wanita Myanmar Bergabung dalam Perang Melawan Kudeta: Saya Mengangkat Senjata karena Tak Punya Pilihan

Sosok.ID - Ketika perlawanan bersenjata terhadap kudeta militer meningkat, perempuan Myanmar berjuang untuk kesetaraan gender bersama dengan diakhirinya kediktatoran.

Kudeta Myanmar pada 1 Februari telah menciptakan kekacauan luar biasa.

Para wanita ikut turun demi memerangi kesemena-menaan junta militer yang berkuasa di Myanmar.

Sebelum mengangkat senjata melawan rezim militer pada bulan Juli, Kabya May (nama yang digunakan dalam artikel ini adalah nama samaran) tidak pernah mengenakan celana panjang.

Baca Juga: Sangat Keji, Tentara Menghancurkan dan Membakar Persediaan Beras untuk Rakyat Terlantar di Myanmar

Dilansir dari Al Jazeera, Selasa (16/11/2021), seperti kebanyakan wanita di Myanmar, guru berusia 23 tahun dari wilayah Sagaing itu terbiasa mengenakan sarung sepanjang mata kaki yang disebut htamein.

Sekarang, dia adalah anggota dari Myaung Women Warriors, kelompok pejuang wanita pertama yang diumumkan secara publik di Myanmar.

“Saya bergabung karena saya ingin membasmi anjing-anjing itu,” kata Kabya May, menggunakan istilah yang menghina pasukan keamanan Myanmar.

“Alasan saya bergabung dengan satu-satunya kelompok perlawanan wanita adalah untuk menunjukkan bahwa wanita dapat melakukan apa yang dilakukan pria.”

Baca Juga: Kekejaman Junta Militer Myanmar Mengingatkan pada Pembantaian Etnis Muslim Rohingya, Sengeri Ini Kondisinya!

Kabya May adalah salah satu dari peningkatan jumlah perempuan yang bergabung dengan perlawanan bersenjata terhadap kekuasaan militer sejak kudeta pada 1 Februari.

Empat pejuang perempuan mengatakan kepada Al Jazeera bahwa selain menghancurkan kediktatoran militer, mereka ingin mengubah norma-norma gender tradisional dan memastikan perempuan memainkan peran yang sama dalam membangun bangsa baru.