Pejabat pertahanan Indonesia telah menyebutkan skenario terburuk.
China mengirim pasukan untuk mendarat di Kepulauan Natuna.
Itulah sebabnya Indonesia terus-menerus mengerahkan kapal perang, jet tempur dan peralatan pengintai, berpatroli di wilayah sekitar nusantara.
Sementara Indonesia secara aktif memobilisasi angkatan lautnya untuk berpatroli.
Ada alasan untuk khawatir bahwa China akan terus mengambil tindakan "pemaksaan" di wilayah yang disengketakan, kata pakar Atriandi Supriyanto dari Universitas Nasional Australia.
"Saya khawatir pengekangan Indonesia terbatas. Cepat atau lambat, Indonesia mungkin harus mempertimbangkan kerja sama militer dengan AS untuk menahan pengaruh China," kata Supriyanto.
Rene Pattiradjawane, peneliti di Jakarta, mengatakan sejak tahun 1994, Biro Administrasi Perikanan Kementerian Pertanian China.
Telah menerbitkan peta yang menyatakan seluruh wilayah di sekitar Kepulauan Natuna sebagai fishing ground bagi China.
Pattiradjawane mengatakan Indonesia sangat prihatin karena China secara sepihak mengklaim bahwa daerah penangkapan ikannya meluas ke perairan selatan Kepulauan Natuna, di luar sembilan garis putus-putus yang ilegal.
Collin Koh, pakar Nanyang Technological University di Singapura, mengatakan Beijing tidak akan terlalu menekan Jakarta, mengingat pengaruh politik Indonesia di Asia Tenggara. (*)