Sambil tersenyum penuh misteri, Mona mengucapkan kalimat itu berulang-ulang.
Delapan jam sebelum eksekusi mati, Mona dan Affandi diizinkan untuk bertemu dengan seluruh anggota keluarga mereka.
Diceritakan kalau Mona dan Affandi menghabiskan waktu-waktu terakhir itu dengan menasihati anak-anaknya.
Pasangan Mona dan Affandi memang punya banyak anak. Sebab pernikahan keduanya bukan yang pertama, Bagi Mona, Affandi adalah suami ketiga. Sebaliknya, Mona adalah istri kedua Affandi.
Sebuah kelaziman peradilan Malaysia, sebelum tahanan menjalankan hukuman mati, mereka boleh mencicipi makanan kesukaan sebagai makanan terakhir. Namun ketiganya menolak. Bertemu dengan keluarga saja sudah cukup, katanya.
“Tumbuhlah menjadi anak yang baik, jaga diri baik-baik,” petuah Mona pada keluarga saat itu.
Ketenangan mereka sebelum eksekusi membuat banyak pegawai penjara keheranan juga. Apalagi klaim Mona yang menyatakan ia tidak akan mati, masih terus meninggalkan tanda tanya bagi banyak orang. Tidak sedikit yang menghubung-hubungkannya dengan sisi mistis.
Jumat subuh, tiang gantung untuk eksekusi trio pembunuh sudah menunggu. Ketiganya kemudian diborgol dan dipakaikan penutup kepala. Eksekusi itu disaksikan oleh sejumlah kecil penjaga penjara, petugas penjara, dan dokter penjara.
Mereka digiring menuju tiang gantungan, diminta naik ke penyangga kaki masing-masing.
Tali gantung diletakkan di leher. Tepat pukul 05.59 penyangga kaki ditarik, ketiganya jatuh dengan leher tergantung. Mona menutup usianya 45 tahun, Affandi 44 tahun, dan Juraimi 31 tahun.
Sebelum diturunkan untuk diotopsi, ketiga jenazah itu dibiarkan menggantung selama satu jam di tiang gantungan.