Sosok.ID - Tugas utama paspampres Indonesia memang untuk menjaga dan memastikan keamanan presiden.
Bagi pasukan pengawal ini, keselamatan orang nomor satu di Indonesia itu segala-galanya meski harus korbankan nyawa sendiri.
Bahkan jika para pengawal terpaksa harus menodongkan senjata ke pemimpin negara lain demi keselamatan presiden Indonesia.
Seperti yang pernah dialami oleh paspampres Indonesia pada tahun 1995 di masa kepemimpinan Presiden Soeharto.
Dikutip daribuku Warisan (daripada) Soeharto, bisa dibilang itu adalah salah satu pengalaman pengamanan menegangkan yang pernah dialami Paspampres.
Kejadian terjadi saat paspampres mengawal Presiden Soeharto di New York, Amerika.
Tepat pada tanggal 22 Oktober 1995, Soeharto menginap dihotel Waldorf Towers untuk menghadiri acara PBB di sana.
Kala itu, Soeharto menjabat sebagai ketua Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Karena itulah, Perdana Menteri (PM) Israel kala itu, Yitzak Rabin ingin menemui Soeharto secara pribadi di hotel tempatnya menginap.
Didampingi dengan 4 pengawal jebolan Mossad, PM Israel Yitzak Rabin menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan Soeharto.
Diketahui, salah satu anggota paspampres Soeharto saat itu adalah mantanWakil Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoeddin.
Sesuai protokol keamanan, untuk menemui Soeharto, PM Israel dan pengawalnya harus dalam kawalan paspampres.
Namun para pengawal Yitzak Rabin tak mau sang perdana menteri satu lift dengan personel paspampres.
Mereka menaruh curiga dan takut sang perdana menteri bakal dicelakai.
Padahal Sjafrie Sjamsoeddin dan personel Paspampres lainnya sudah dikenalkan dalam protokol Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) PBB.
Itu artinya mereka memang personel resmi pengamanan presiden Soeharto.
Aksi adu mulut dan jibaku antaraSjafrie Sjamsoeddin dan kepala pengawal PM Israel pun tak terelakkan.
Di tengah perseteruan, pengawal PM Israel tiba-tiba saja sudah menempelkan moncong senapan otomatis Uzi ke perutSjafrie Sjamsoeddin.
Menariknya,Sjafrie Sjamsoeddin rupanya sudah lebih dulu menodongkan pistol Baretta-nya ke pengawal Yitzak Rabin.
Suasana menegang ketika 2 personel pasmpapres lainnya lebih sigap menodongkan senjata ke sang Perdana Menteri dan pengawalnya.
"Sorry I understand it (Maaf, saya mengerti)," kata pengawal sang perdana menteri.
Para pengawal PM Israel langsung mundur dan menjatuhkan senjata mereka, mengakui kesalahan.
Hampir saja darah PM Israel beserta pengawal Mossad-nya tumpah di tangan para perisai hidup Presiden Indonesia.
Alhasil, mau tak mau Yitzak Rabin dan pengawalnya kudu mentaati protokol kemanan Paspampres.
PM Israel dan 4 pengawalnya kemudian dikawal menemui Soeharto.
Meski pada akhirnya Yitzak Rabin kudu ikhlas dikacangin 15 menit sebelum tatap muka dengan orang nomor satu di Indonesia kala itu.
(*)