"7 jam Mama saya ga ada kabar, akhirnya sampe ke rumah, dianterin temen-temennya."
Ibu dokter Tirta sendiri, merupakan seorang keturunan Tionghoa. Dokter Tirta adalah separuh keturunan etnis China.
"Kondisi Mama saya histeris, saya masih ingat, dan masuk kamar ditenangin tetangga," tulisnya.
"Kampung saya Baturan, bapak-bapaknya berjaga di gang, Di depan rumah ditulis 'milik pribumi'," kisah dokter Tirta.
Berusaha memahami keadaan, Tirta kecil nekat mendatangi kantor Ibunya yang sudah hangus dibakar masa.
Dia datang menggunakan kacamata hitam untuk menyembunyikan mata sipitnya.
"Saya pake kacamata item. Jaket. Helm kecil. Jadi ga tau kalo saya bermata sipit," katanya.
Di tempat itulah, dokter Tirto menyaksikan dengan mata kepala sendiri adanya mayat gosong karena terjebak dalam ruangan.
"Di Singosaren itulah saya melihat mayat pertama kali. Yang gosong terperangkap karena kepanggang di dalem."
Kerusuhan Mei 1998 membentuk dokter Tirta menjadi pribadi yang keras dan bahkan tempramental.