Salah satunya adalah korespondensi Pemimpin Mekkah Hussein bin Ali dengan Komisioner Tinggi Inggris di Mesir, Sir Henry McMahon.
Inti dari surat-menyurat yang terjadi 1914-1915 itu adalah bangsa Arab berjanji bersekutu dengan Inggris.
Sebagai timbal baliknya, pada saat perang berakhir Inggris harus mengakui kemerdekaan negara-negara Arab.
Baca Juga: Atas Permintaan Palestina, Sejumlah Negara Setujui Liga Arab Gelar Pertemuan Darurat
Namun, kemudian terungkap bahwa Inggris dan Perancis menandatangani perjanjian Sykes-Picot 1917.
Isinya mengatur rencana kedua negara membagi wilayah-wilayah yang dulunya adalah milik Ottoman Turki.
Gerilya diplomatik juga dilakukan kelompok Zionis. Pemimpin komunitas Yahudi di Inggris, Baron Rothschild, membangun hubungan dengan Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour.
Balfour membuat pernyataan pada 2 November 1917 yang dikenal dengan "Deklarasi Balfour".
Deklarasi itu menyebut bahwa Inggris akan mengupayakan Palestina sebagai rumah bagi bangsa Yahudi.
Sebagai gantinya, kelompok Zionis harus menjamin tidak akan mengganggu hak keagamaan dan sipil warga non-Yahudi di Palestina.